Rolling Stone Tanpa S

Karena segala yang hidup suatu saat pasti akan mati. Sekali berarti, sesudah itu mati, begitu kata Chairil Anwar.

Cover Rolling Stone Indonesia. @ebooks.gramedia.com

Webmaster Breedie, Ozan, lain lagi. Ditanya kesan yang diingat tentang Rolling Stones, jawabannya stiker logo lidah. Rolling Stones memang band yang identik dengan logo lidah merah menjulur.

Anehnya, soal Rolling Stone Indonesia, Ozan ingat nama orang ini. “Kalau tidak salah, Andi F Noya di Rolling Stone kah? Dulu waktu terbit RS versi Indonesia, ada Andi F Noya,” ujar Ozan.

Andi adalah wartawan. Ia lebih dikenal sebagai presenter “Kick Andy”. Saat informasi ini dicek pada Rabu, 10 Januari 2018, beberapa link milik rollingstone.co.id tak bisa diakses lagi.

Di sebuah cuplikan pencarian Google terbaca, Andi pernah mewawancarai Gus Dur pada 2009. Saat itu Andi didampingi Soleh Solihun dan Wendi Putranto.

Ozan benar, Andi F Noya pernah di Rolling Stone. Ia tercatat pernah menjabat sebagai presiden direktur media tersebut.

Rolling Stone dipercaya banyak pembacanya sebagai media yang bagus karena ulasannya soal musik, budaya pop bahkan politik. Kritik-kritiknya menarik disimak. Belum lagi gaya tulisannya.

Cover Rolling Stone Indonesia (ebooks.gramedia.com)
Cover Rolling Stone Indonesia (ebooks.gramedia.com)

Di tangan Rolling Stone, musik dan politik menjadi kian renyah. Banyak musisi bangga bila diliput Rolling Stone. Apalagi jika wajah mereka terpajang di cover majalah, berkelas rasanya.

Seperti puja-puji, ada juga kritik. Misalnya, tentang keraguan Rolling Stone di Indonesia sebagai sebuah jurnalisme karena isinya jauh dari itu.

Breedie tak mau terlalu bernafsu membahas soal itu karena website ini terlalu “imut” untuk bicara sebuah keagungan jurnalisme. Artikelnya baru belasan, rangking di Alexa masih jutaan, duh.

Biarlah itu urusannya para senior, anak bawang diam saja.

Kesimpulannya, berhentinya Rolling Stone Indonesia telah menambah satu makam lagi di pekuburan media. Boleh kita bersedih karenanya, boleh juga kita tertawa mendengarnya. Karena segala yang hidup suatu saat pasti akan mati.

Sekali berarti, sesudah itu mati, begitu kata Chairil Anwar.

Diperbarui pada ( 9 Maret 2024 )

Facebook Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *