Namanya Jason Vukovich. Ia lahir di Anchorage, Alaska, Amerika Serikat, pada 25 Juni 1975, dari seorang ibu tunggal. Setelah ibunya menikah lagi, dia kemudian diadopsi oleh ayah tirinya, Larry Lee Fulton.
Fulton, bukannya menjadi wali, malah menjadi pelaku kekerasan dan pelecehan seksual terhadap Vukovich, dan saudara laki-lakinya, Joel Fulton.
“Kedua orang tua saya Kristen yang berdedikasi dan selalu menyertakan kami dalam setiap kebaktian gereja, dua atau tiga kali setiap minggunya. Jadi bisa dibayangkan kengerian dan kebingungan yang saya alami ketika pria yang mengadopsi saya ini mulai melakukan sesi ‘doa’ hingga larut malam untuk menganiaya saya,” tulis Vukovich dalam suratnya kepada Anchorage Daily News.
Fulton kerap memukuli Vukovich dengan potongan kayu dan mencambuknya dengan ikat pinggang.
Bertahun-tahun kemudian, di persidangan Vukovich, Joel bersaksi tentang penderitaan yang mereka derita saat masih anak-anak. “Kami akan berguling di tempat tidur susun dan bersandar ke dinding. Tugasku adalah pergi duluan agar dia (Fulton) meninggalkan Jason sendirian.”
Kasus itu terungkap dan Fulton ditangkap. Pada 1989 ia didakwa melakukan pelecehan tingkat dua terhadap anak di bawah umur.
Namun, Fulton tidak menjalani hukuman penjara, hanya hukuman percobaan tiga tahun. Bahkan, kata Vukovich, tidak ada seorang pun yang datang memeriksa keluarganya setelah kejadian tersebut.
Walaupun telah didakwa, perlakuan kasar Fulton terus berulang. Bahkan pelecehan seksual terjadi hingga Vukovich berusia 16 tahun. Tidak tahan lagi, Vukovich dan Joel memberanikan diri kabur dari Alaska.
Dari Alaska, pelarian Vukovich yang masih di bawah umur berakhir di negara bagian Washington. Sialnya, ia tidak memiliki identitas dan uang.
Untuk bertahan hidup, Vukovich kemudian mencuri dan melakukan beberapa kejahatan lain. Lambat laun, dia terkenal sebagai kriminal. Namanya pamor di kalangan polisi setempat. Kasus kriminal Vukovich terentang dari Washington, Oregon, Idaho, Montana, hingga California.
Vukovich mengakui keterlibatannya ke dunia kriminal merupakan bagian dari siklus kebencian terhadap diri sendiri, yang dimulai saat ia mengalami pelecehan semasa kecil.
Sekitar 2008, Vukovich kembali ke Alaska. Apesnya, di tanah kelahirannya, ia menghadapi beberapa tuntutan pidana. Mulai dari pencurian, kepemilikan narkoba, hingga kasus kekerasan terhadap istrinya. Tapi Vukovich membantah semua tuduhan tersebut.
Setelah tinggal lama di kampung, pada 2016, trauma masa kecil yang belum terobati akibat pelecehan Fulton, mencapai puncaknya. Tak tahan lagi, Vukovich memutuskan mencari keadilan bagi dirinya yang belum pernah ia dapatkan selama ini. Sekaligus, keadilan untuk para korban yang lain.
Maka, Vukovich pun mulai menelisik data para pelaku kekerasan seksual di Alaska yang mendapatkan hukuman.
Dia berhasil mendapatkan data tiga pria pedofil. Sambil memegang buku catatan berisi nama dan alamat pelaku kejahatan seksual yang ia temukan di indeks publik, Vukovich menargetkan rumah Charles Albee, Andres Barbosa, dan Wesley Demarest.
Sang Avenger Alaska pertama kali mengetuk pintu rumah Albee pada pagi 24 Juni 2016. Dia mendorong pria berusia 68 tahun itu ke dalam dan memerintahkannya duduk di tempat tidur.
Vukovich menampar wajah Albee beberapa kali dan memberitahu bagaimana dia menemukan alamatnya. Vukovich juga memberitahu Albee tentang kejahatan si pedofil. Setelah itu, Vukovich merampoknya dan pergi.
Hal yang lebih kurang serupa juga ia lakukan ketika mendatangi rumah Barbosa dan Demarest. “Aku adalah malaikat pembalas dendam. Aku akan memberikan keadilan bagi orang-orang yang Anda sakiti,” ujar Vukovich setelah menghantam wajah Demarest dengan palu “Avenger”-nya.
Tak lama, Vukovich ditangkap dan didakwa 18 tuduhan penyerangan, perampokan, perampokan, dan pencurian. Awalnya ia mengaku tidak bersalah tetapi kemudian memilih membuat kesepakatan dengan jaksa.
Sebagai imbalannya, jaksa membatalkan selusin dakwaan tambahan. Vukovich “hanya” dihukum 28 tahun penjara pada 2018, dengan lima tahun penangguhan dan lima tahun masa percobaan.
Aksi Vukovich dianggap heroik oleh sebagian masyarakat Alaska. Sekitar 30 ribu orang mendukung petisi pembebasan Vukovich. Mereka menilai, siklus kekerasan dan trauma tidak mungkin berakhir dengan memenjarakan korban yang berubah menjadi penjahat.
Sementara Vukovich meminta para korban pelecehan seksual pada masa kanak-kanak untuk mencari kedamaian batin dan menghindari main hakim sendiri seperti yang ia lakukan.
“Saya memulai hukuman seumur hidup saya bertahun-tahun yang lalu. Hukuman itu dijatuhkan kepada saya oleh seorang ayah yang bodoh, penuh kebencian, dan miskin. Sekarang, saya kehilangan sebagian besar sisa hidup saya karena menyerang orang-orang [pedofil] seperti dia. Kepada semua orang yang menderita seperti saya, cintai diri Anda dan orang-orang di sekitar Anda, ini satu-satunya jalan ke depan.”