Awalnya, saya menggunakan ChatGPT buatan OpenAI untuk menyelesaikan tugas sekolah. Tak disangka, sekarang saya menghasilkan ribuan dolar dengan mengedit teks yang dihasilkan AI alias Artificial Intelligence. Walhasil, tidak ada yang bisa mengatakan bahwa mesin yang membuat teks-teks tersebut.
Perjalanan saya ke dunia pengeditan konten AI dimulai setelah ChatGPT dirilis. Saat itu, hanya beberapa bulan tersisa bagi saya untuk meraih gelar MBA. Di kampus, saya menggunakan chatbot AI sebagai bantuan menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan. Hasilnya luar biasa! Saya mendapatkan nilai tinggi dalam dua kelas; situasi yang membuat saya menyadari betapa bergunanya AI ini.
Karena tertarik dengan menulis, saya memutuskan menawarkan layanan pengeditan konten AI melalui platform freelance Fiverr. Pesanan pertama saya terima Maret 2023. Dan kalau dihitung-hitung, hingga sekarang saya telah menyelesaikan lebih dari 150 tugas dari klien yang tersebar di Amerika Serikat dan Eropa.
Secara umum, proyek-proyek yang saya sunting meliputi esai akademis, laporan bisnis, postingan blog, dan deskripsi produk — yang semuanya dihasilkan oleh ChatGPT. Tugas saya: membuat teks-teks yang dihasilkan AI itu terlihat seolah-olah ditulis oleh manusia.
Bagaimana Saya Mengedit Konten yang Dihasilkan oleh ChatGPT?
Inilah cara kerjanya. Pertama, saya membaca dengan cermat teks yang dihasilkan AI untuk mencari tahu apa yang ingin disampaikan dalam tulisan tersebut. Klien sering memberikan teks berkaitan dengan topik seperti filsafat, kedokteran, dan teknik, yang seringkali tidak saya kenal. Makanya, saya perlu memahami materi subjeknya agar dapat mengedit kontennya dengan efektif.
Setelah itu, saya memasukkan teks ke Grammarly, sebuah perangkat lunak penulisan AI, untuk memperbaiki semua kesalahan tata bahasa. Setelah itu, barulah secara manual saya memeriksa teksnya baris per baris untuk membuat setiap kalimat terdengar lebih manusiawi. Untuk melakukannya, saya menambahkan tiga hingga empat kata deskriptif ke setiap baris.
Misalnya, saya akan mengedit kalimat yang dihasilkan AI “Saya tinggal di sebuah rumah yang terletak di Jalan 30” menjadi “Saya tinggal di sebuah rumah yang indah yang terletak di dekat air mancur di Jalan 30.” Saya juga suka menambahkan humor agar teks terdengar tidak membosankan. Proses ini memakan waktu minimal dua jam.
Setelah menambahkan kata-kata, saya menelusuri kembali seluruh teks untuk menghapus baris yang tidak perlu dan mengecek ulang melalui Grammarly. Dan begitu seterusnya. Jika teks memuat kutipan, tugas saya memastikan kutipan itu benar-benar nyata. Ada tokohnya, dan si tokoh benar-benar berkata seperti yang tertera dalam kutipan tersebut.
Sampai di sini sepertinya pekerjaan telah tuntas. Eits, sebentar dulu Ferguso. Setelah teks dirasa sempurna, saya menjalankan program-program seperti Turnitin untuk memeriksa plagiarisme, GPTZero untuk memastikan tidak terdengar dihasilkan oleh AI, dan Originality.ai untuk mengidentifikasi kesalahan faktual. Jika teks tersebut tidak lolos tes ini, saya akan terus mengedit ulang. Jika lolos, saya mengirimkan versi suntingan dari teks yang disertai laporan perbaikan dari Grammarly dan deteksi AI. Sampai di sini klien bisa meninjau ulang atau menyesuaikan teks sesuai selera mereka.
Empat Tips Membuat Teks AI Terlihat Lebih Manusiawi:
- Lakukan riset: Pastikan kamu membaca studi dan artikel asli yang diperlukan untuk tugas tersebut sehingga tahu apa yang dihasilkan oleh ChatGPT. AI bisa salah.
- Periksa kutipan: ChatGPT bisa membuat referensi palsu. Pastikan itu sah.
- Tambahkan beberapa kata untuk mengubah suasana: Dengan cara itu, teksnya lebih menarik.
- Cobalah menulis secara manual: Idealnya, kamu hanya bisa mengandalkan ChatGPT jika mepet.
Klien-klien Saya Bervariasi, dari Mahasiswa, Instruktur Fitness hingga Pengusaha
Sebagian besar klien saya merupakan mahasiswa yang harus menyelesaikan tugas-tugas kuliah dalam batas waktu tertentu. Namun, saya juga memiliki klien dari kalangan profesional. Mereka menawarkan saya proyek-proyek yang lebih besar dan jangka panjang.
Ada seorang pria yang meminta disunting serangkaian e-book tentang psikologi anak yang dihasilkan AI. Ada juga instruktur kebugaran yang memberi saya 50 hingga 60 artikel yang perlu diedit untuk situs webnya.
Tapi, so far, proyek terbesar yang pernah saya kerjakan adalah menulis ulang manual instruksional penerbangan sepanjang 50 ribu kata untuk sebuah startup. Proses ini memakan waktu enam bulan untuk diselesaikan.
Namun, pekerjaan ini juga memiliki tantangannya.
Terkadang, saya tak paham apa yang ingin disampaikan oleh teks AI. Lain hari, ada klien yang meminta saya menyelesaikan tugas dalam waktu 8 hingga 12 jam. Sesuatu yang mustahil dilakukan. Bahkan pernah ada klien yang kecewa dengan produk akhirnya. Salah seorang klien marah karena saya menulis ulang teks dalam Bahasa Inggris gaya Britania. Padahal, dia menginginkannya dalam Bahasa Inggris gaya Amerika.
Apapun itu, sejauh ini saya telah menghasilkan lebih dari US Dollar 3,500 (sekitar Rp54 juta; kurs Rp15.625) dari layanan pengeditan konten AI. Tarif saya di Fiverr mulai dari $5 per tugas dan meningkat berdasarkan jumlah kata dan batas deadline. Walaupun terlihat menjanjikan, saya hanya menjadikan ini sebagai kerjaan paruh waktu saja, sembari saya mencari pekerjaan tetap.
Kecerdasan buatan memang hal baru, tapi saya melihat permintaan menyunting konten AI akan terus meningkat, terutama di kalangan orang yang malas atau sibuk. Setidaknya, permintaan atas layanan seperti ini akan bertahan enam hingga tujuh tahun ke depan.
Tulisan ini diambil dari Businessinsider.com berdasarkan esai percakapan dengan Sultan Ali, seorang editor konten AI berusia 25 tahun yang berbasis di kota Bahawalpur, Pakistan, tentang bagaimana ia membuat teks yang dihasilkan oleh ChatGPT terdengar lebih manusiawi. Business Insider telah memverifikasi pendapatannya melalui tangkapan layar pendapatannya dan karya kliennya melalui PDF dari artikel yang ia edit.
Hayyee