Almanak baru tahun 2018 tinggal hitungan detik lagi untuk dibuka. Ketika tulisan itu dibuat (kemudian diedit lagi dan lagi) pada pukul 19.00 WIB, Sabtu, 30 Desember 2017, perlu melewati belasan ribu detik lagi untuk tiba di tanggal 1 tahun masehi 2018.
Waktu berlalu begitu cepat. Tahun demi tahun berganti, aku masih begini-begini aja!
Tenang, ini bukan curhat, tapi bunyi status seorang kawan di media sosial.
Status yang menyebalkan. Karena sejatinya tidak ada orang yang begitu-begitu saja. Pasti selalu ada perubahan terkecil dalam hidupnya, yang mungkin tidak disadari oleh si beliau itu.
Manusia memang selalu seperti kerupuk lupa toples, ibarat kutang lupa sama majikan.
Oke, lalu tahun baru itu apa mesti dirayakan? Bukankah sudah ada larangan merayakan?
Menurut Wikipedia tahun baru itu, ya, perayaan. “Merayakan berakhirnya satu tahun dan menandai dimulainya hitungan tahun selanjutnya.”
Tanggal 1 Januari menjadi hari ketika tahun baru itu datang, mengadopsi hitungan almanak Greogian.
Kata Wikipedia lagi, perayaan tahun baru awalnya muncul di Timur Tengah, pada 2.000 Sebelum Masehi. Waktu itu, penduduk Mesopotamia (daerah Irak sekarang) merayakan pergantian tahun saat matahari tepat berada di atas khatulistiwa. Tepatnya pada tanggal 20 Maret.
Perayaan tahun baru pada 1 Januari baru muncul ketika tahun 45 Sebelum Masehi.
Breedie.com, sebagai website yang umurnya lebih muda dari biji jagung ini tak mau berpolemik mengomentari boleh tidaknya merayakan tahun baru. Konon lagi menyediakan kembang api dan petasan untuk para Breeders. Semua kembali kepada diri masing-masing.
Di Aceh, larangan merayakan tahun baru selalu terdengar menjelang pergantian tahun. Para umara dan ulama selalu mengingatkan masyarakat agar tidak melakukan perayaan karena itu budaya barat, budaya Yahudi, dan lain-lain.
Yang tidak setuju, dilarang mencak-mencak. Yang setuju, dilarang mem-bully yang tidak setuju. Setuju?
Nah, daripada kebanyakan setuju atau nggak setuju, lebih baik tahun baru diisi dengan hal-hal yang tak biasanya. Keluar dari pakem dan kebiasaan yang dilakukan saat senggang.
Apalagi, saat tahun baru biasanya berderet tanggal merah. Atau tanggal hitam yang dimerahkan sendiri alias cuti.
Apa saja yang harus dilakukan? Sebelum melakukannya, ada peringatan terlebih dulu. Lakukan hal ini dengan resiko masing-masing, ya.
Memancing di Got
Carilah sebuah got terdekat yang mampet dan butek. Keluarkan pancing, sematkan umpan lalu memancinglah. Lebih baik lagi jika memancing di got yang berada dekat jalan raya. Supaya menjadi tontonan orang-orang yang lewat.
Layaknya pemancing profesional, bawalah pancing yang ada gulungannya. Jangan pakai pancing tradisional yang terdiri dari sebilah kayu dan dua meter benang sansi.
Ketika ada orang lewat yang bertanya, sedang apa? Jawablah dengan jujur: memancing. Mungkin yang bertanya ragu, apa iya ada ikan di got butek. Jawab saja, kalau dapat rezeki kalau tidak berarti ikannya masih malu-malu.
Jelas saja, si ikan kaget melihat ada pemancing di got. Ia mungkin berpikir, masih ada orang sehina itu yang memancing di got.
Jangan salah, ada got butek yang berisi ikan di dalamnya. Biasanya, sih, lele. Lele-lele ini hanyut dibawa banjir. Ketika banjir surut ia terperangkap di sana dan tumbuh besar bersama got butek itu.
Jika banjir datang lagi, ia barulah bebas. Bila tidak, ia akan menghabiskan umurnya, menua, dan mati di got butek itu. Melankolis sekali.
Menanam Avokad dalam Rumah
Kenapa tulisannya avokad bukan alpukat? Menurut Ivan Lanin, si wikipediawan bahasa Indonesia, tulisan seharusnya memang avokad. Kok bisa? Tanya saja sama Bung Ivan Yth.
Back to Avokad. Carilah bibit avokad di pasar bibit terdekat, tanah secukupnya, dan vas kecil. Semai benih itu dan berharap ia akan tumbuh subur dan berbuah banyak, besar dan enak, suatu hari kelak.
Baca Juga: Si Buah Lezat Bernama Avokad
Eits, tunggu dulu. Kalau terlalu banyak berharap, kecewanya juga banyak. Jadi, cukup tanam lalu taruh pot itu di sudut terbaik rumah. Fotolah, unggah ke Instagram, beri caption: #AvokadBaru2018.
Kenapa harus avokad bukannya pisang atau pepaya? Karena avokad ini lagi booming pada 2017. Lagipula, menanam avokad, cuma sebiji, ditaruh di dalam rumah, itu juga anti-mainstream, kan?
Menggoreng Telur dengan Daun Pisang
Ini kerjaan anak-anak kost jaman reformasi atau sesudahnya. Ketika hidup serba pahit: uang kiriman pas-pasan, harga-harga mahal, dolar naik, rupiah turun, mampunya cuma beli telur dan indomie.
Saat telur di dapur tinggal sebiji, minyak goreng telah habis, hanya ada satu kata, lawan!
Melawan yang dimaksud tentu saja buka mendemo pemerintah tapi memakai apa yang bisa demi menyelamatkan perut kosong.
Maka, daun pisang pun dipakai sebagai pengganti minyak. Caranya, minta (pinjam) beberapa helai daun pisang dari kebun tetangga. Jika ditanya untuk apa, jawab saja dengan jujur.
Jika si tetangga kaget, tak perlu menistainya. Bilang saja sedang bereksperimen kecil-kecilan.
Setelah itu kembalilah ke rumah, jangan kebanyakan ngobrol. Ingat pada misi awal. Di rumah, pegang baik-baik telur yang akan digoreng itu. Niatkan dalam hati, ini telur mau diceplok atau didadar.
Setelah pilihannya jelas dan mantap, jejerkan helaian daun pisang tadi ke dalam wajan.
Lalu, panaskan kompor dan pecahkan telurnya ke atas daun pisang tersebut. Tunggu matang, lalu nikmatilah bersama keluarga dan teman terdekat.
Konon, telur yang digoreng dengan daun pisang ini bebas kolesterol dan menambah gairah seksual. Tak percaya? Belum dicoba, sih.
Membuat Grup WA Khusus
Kalau istilah kerennya WAG alias WhatsApp Group. Kita bahasaindonesikan saja menjadi grup WA. Bagi yang hobi buat grup WA, ini kesempatan langka untuk dicoba.
Bikinlah grup WA semua orang kampung dalam satu grup.
Ingat, tidak boleh terlewatkan satu pun. Minimal, dalam sebuah keluarga ada seorang anggotanya yang masuk ke grup tersebut.
Caranya, datangi satu per satu kepala keluarga di kampung lalu tanyakan apakah ia memakai WA. Jika tidak, akan lebih baik jika disarankan memakai WA, kalau teleponnya sesuai spesifikasi. Maksimal Androidlah, kalau Blackberry kan tidak dukung WA lagi.
Baca Juga: Fitur Baru WhatsApp, Pengguna Bisa Tolak Undangan Masuk Grup
Ketika ada yang curiga apa maksud membuat grup tersebut, kasih penjelasan yang baik-baik bahwa itu memang didasarkan pada niat tulus demi silaturahmi. Tak lebih.
Grup tersebut tidak akan digunakan untuk kepentingan politik, memboikot produk Yahudi atau tempat menjual produk kecantikan. Misalnya, ketika ada tetangga ingin menikahkan anaknya, ia memberitahukan lewat grup tersebut sekaligus mengundang secara massal.
Sepertinya cukup empat ini saja yang bisa dilakukan saat tahun baru.
Akhir kata, Breedie hanya bisa mengucapkan Selamat Tahun Baru 2018. Semoga tahun ini menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ingatlah selalu kata-kata Sponge Bob di Bikini Bottom:
Tidak ada keberanian, tak ada kemenangan! Ah, dunia memang kejam bagi mereka yang tidak punya kumis.
Diperbarui pada ( 3 Maret 2024 )
One thought on “Tahun Baru dan Hal-hal yang (Tak) Perlu”