~ Berak is my passion.
Pekan kemarin, saya melakukan survei kecil-kecilan di akun media sosial saya yang followernya tak lebih banyak dari bulu hidung.
Tema yang saya angkat lumayan jorok, bagi tipe orang yang gampang jijik. Namun, biar kamu tahu, Bree, tema ini sangatlah penting dalam kehidupan manusia.
Tapi yang lebih penting, topik ini tidak mengganggu kenyamanan Kabinet Indonesia Maju.
Berak.
Ini tema yang saya survei dan tentunya tidak dengan metode penelitian ala lembaga survei, bahkan BPS. Lembaga Survei Breedie @lsbreedie pun tidak saya libatkan karena metodenya sangat abal-abal dan tidak layak dipercaya.
Saya melemparkan kata berak di dua media sosial: Instagram dan Facebook. Di Twitter saya tak berani karena manusia-manusia penghuni Twitter adalah orang-orang cerdas sejagat dunia maya.
Bisa-bisa diriku kena damprat.
Kata berak pertama saya timpa pada gambar dari akun @fcbarcelona yang memuat skor hasil laga Valencia vs Barcelona 2-0. Jujur, sebagai fans karbitan saya memang sedang kesal sama Barca.
Skor dua kosong itu menandai dua laga Barca di bawah pelatih baru Setien. Pak Setien sangat menyukai tiki taka dan ingin kembali membawa ruh itu ke Barca sepeninggal Valverde yang brengsek itu.
Tapi Barca digasak dua kosong malam itu ketika ber-tiki taka di Mestala.
Kata berak saya bubuhi tanda seru di ujungnya sebagai bentuk pelampiasan kekesalan. Tapi ya seperti orang yang berteriak tak jelas.
Ketika foto itu saya taruh di insta story, hanya beberapa follower yang melihat. Tak ada reaksi dari mereka. Tidak memuji atau membully.
Mungkinkah mereka jijik melihat kata berak?
Atau bisa jadi mereka mengganggap itu sebuah hal private.
Berak adalah urusan seseorang dengan toilet yang tidak perlu dipamerkan kepada manusia lain.
Karena tak ada reaksi, gambar itu saya bawa ke status Facebook. Lumayan, ada empat orang bereaksi. Dua memberikan jempol, dua lagi memberikan emotikon ngakak tanpa air mata.
Saya tidak tahu apa maksud mereka memberikan ekspresi demikian. Mungkin setuju, mungkin juga lucu.
Saya menunggu hingga beberapa hari kemudian tapi jumlah pemberi reaksi tak kunjung bertambah. Mungkin, orang-orang di Facebook yang rata-rata filsuf itu sedang sibuk mengikuti kasus virus Corona.
Saya berbaik sangka saja. Mungkin ini saat yang tidak tepat untuk menyurvei topik berak.
Setelah itu, saya kembali membuat status untuk pengantar tautan tulisan di Breedie. Tulisan itu memuat tentang kisah celaka seorang anak SD yang terperosok kaki ke dalam lubang wc.
Satu orang kawan berkomentar “bereh”. Saya kaget. Ini sebuah lema yang dekat dengan berak. Hanya beda dua huruf di ujungnya.
Saya mencolek komentar itu dengan emotikon ngakak tanpa airmata. Sungguh, ini emotikon yang memikat bagi saya.
Entah kenapa.
Sementara yang lain memberikan jempol dan emotikon tersebut. Sisanya, masih sibuk sama virus Corona atau memamerkan foto ngopi bersama rekan seangkatan SD.
Bosan di Facebook, saya balik ke IG. Di insta story saya buatkan survei lagi.
Kata-katanya begini: sudahkah Anda berak hari ini?
Cuma satu teman yang memilih iya. Sisanya hanya melihat saja. Saya duga, mereka belum berak. Kalau pun sudah, tentu malas menjawab iya. Karena kan merasa jorok. Masak sudah berak harus dijawab?
Ah, jangan-jangan beraknya pun tak tuntas.
Yang perlu Anda renungkan Bapak/Ibu sekalian, berak adalah salah satu aktivitas terpenting dalam kehidupan manusia. Tanpa berak, Anda mustahil bisa bercengkerama, ngopi, jalan-jalan ke taman bunga, dsbnya.
Berak menentukan arah hidup Anda. Tak perlu menjadi seorang filsuf untuk mengetahuinya.
Banyak bukti kalau berak itu mempengaruhi tingkah laku manusia dalam kesehariannya. Salah satunya, kebiasaan bergibah di warung kopi disebabkan oleh faktor tidak lancarnya berak.
Maka dari itu, para ahli dan tabib sejak dulu kala telah menemukan ramuan untuk memperlancar berak manusia.
Obat-obat pencahar pun lahir untuk membantu orang yang sulit berak karena terjadi sesuatu dengan pencernaannya.
Sebaliknya, ada obat lain yang berfungsi mengeraskan feses ketika berak yang keluar ternyata sangat-sangatlah cair!
Manusia rata-rata berak sekali sehari. Ada juga yang sampai tiga kali. Hal ini menunjukkan tanda kalau sistem pencernaannya sehat walafiat.
Dibolehkan untuk sombong ketika mengalami hal demikian, walaupun ada yang bilang, apalah yang harus kamu sombongkan dari sekadar lancar berak?
Jika lebih dari tiga kali atau kurang itu berarti ada yang salah dengan perutmu, Bree. Jika lebih berarti kamu diare. Bila kurang artinya sembelit.
Dalam beberapa kasus memang ada yang berak sepekan tiga kali. Ini kembali lagi kepada pola makan dan apa yang dimakan oleh orang itu.
Jadi gitu aja, Bree. Maaf, saya mau berak dulu! š©
Diperbarui pada ( 3 Maret 2024 )