“Sampai ketemu hari Sabtu, 29 September 2018 di Alun-Alun kota Sigli, Pidie, Aceh!” Demikian kicauan dari akun Twitter resmi milik Slank @slankdotcom, Kamis, 27 September 2018.
Para Slanker di Tanah Rencong pastinya ingin mengulang momen serunya band asal Potlot, Jakarta, tersebut beraksi di Aceh. Kala itu, Sabtu 20 September 2014, Kaka cs datang dan lunas menuntaskan dahaga para penggemarnya pada Silaturrahmi Budaya di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh.
Kini, Slank kembali lagi ke Aceh, tepatnya ke Pidie. Hanya saja, minus Abdee. Sang gitaris tidak ikut karena sedang vakum dari band usai transplantasi ginjal.
Pidie menjadi titik konser mereka untuk ke sekian kalinya di bulan ini. Walaupun kelelahan, band yang berdiri sejak 1983 ini tetap membumi.
Setibanya di Sigli, mereka menyempatkan waktu untuk ‘Meet and Greet’ bersama sejumlah komunitas di sana. Keempat personilnya juga datang memberikan santunan untuk anak yatim. Sabtu siang tadi, keempat musisi ini menyambangi salah satu pondok pesantren di Pidie. Di sana Slank beserta krunya menyumbangkan sejumlah bantuan.
Kedatangan musisi lintas generasi ini tetap punya tempat di hati penggemarnya. Dengan segala tindak tanduknya yang “slengean”, jujur dalam lirik lagu dan manifesto-nya, terbukti, “Slank Gak Ada Matinya”!
Usia memang tak lagi muda, tapi karyanya terus menjanjikan koor yang semarak sepanjang masa. Pasalnya, Slank tak berhenti mengkritik tatanan sosial dan budaya di setiap zaman. Mereka menjadi “musuh” bagi ketimpangan yang dilanggengkan kroni-kroni setiap rezim penguasa. Tak terhitung lagi karya-karya yang telah mereka ciptakan.
..Mau tau gak mafia di Senayan
Kerjanya tukang buat peraturan
Bikin UUD ujung-ujungnya duit..
Ingat bagaimana lirik lagu Gosip Jalanan (2005) ini membuat gerah para wakil rakyat di Senayan? Tak ada yang klise, Breeder! Lirik lagu-lagu Slank berpijak pada kenyataan sosial yang up to date hingga sekarang.
Slank siap menggugat semua tanpa ampun, terutama perilaku korupsi yang sudah mengakar di negeri ini. “Korupsi itu setara dengan terorisme. Pembangunan sekolah dan kesejahteraan masyarakat jadi tidak terlaksana karena dananya dikorup,” ujar Bimbim, dikutip dari beritagar.id.
Tajam membahasakan ketimpangan, tapi “lunak” bicara cinta. Terlalu Manis, Breeder. Slank hampir mustahil dipadankan hanya dengan Kaka, Bimbim, Ivanka, Rido, Abdee, dan sang bunda, Iffet yang selalu membentengi mereka sedari urakan di Gang Potlot. Barangkali kisah perjalanan mereka tak lengkap tanpa bicara kontribusi Slanker, para penggemar fanatik mereka.
“Lo jangan kurang ajar ya Bim! Kalo Slank ampe bubar, berarti Itu salah loe! gue tulis surat Ini pake darah. Jangan sampe gue tulis surat berikutnya pake darah lo!” demikian surat yang ditulis oleh salah seorang Slanker, saat band ini dilanda perpecahan dan masa-masa gelap karena kecanduan narkoba di rentang tahun 90-an silam.
Pesan itu, lamat-lamat disematkan, dan jadi salah satu lembaran keberuntungan dalam perjalanan Slank. Entah, jika narkoba merenggut lebih banyak dari kehidupan mereka saat itu, tak akan ada Slank hari ini. Tak akan ada lirik-lirik yang jujur bicara ketidakadilan. Tak akan ada suasana melankolis dan senyap seperti lagu Terbunuh Sepi yang menemani malam.
Welcome to Pidie, Slank!
Diperbarui pada ( 3 Maret 2024 )