Setelah India, Negara Mana yang Bakal Jadi Hotspot Covid-19 Berikutnya?

Selain Pakistan, kata Dr Khan, Bangladesh sepertinya akan menjadi negara hotspot covid-19 selanjutnya. Bangladesh adem ayem selama 2020.

Pasien covid 19 di India dengan tabung oksigen.©REUTERS

BNOW ~ Setelah India, beberapa negara di Asia Selatan lainnya diprediksi bakal menjadi hotspot covid-19 berikutnya. Hal ini diungkapkan Dr Amir Khan, Dosen Senior Fakultas Kedokteran Universitas Leeds dan Universitas Bradford di Inggris, dalam kolomnya di Al Jazeera.

Sejak wabah aslinya muncul di Wuhan, episentrum pandemi covid-19 berpindah dari Timur Jauh ke Eropa dan Amerika Serikat. Ketika negara-negara kaya melakukan vaksinasi sebagai jalan keluar dari krisis mereka sendiri, pusat pandemi berbalik menyerang negara yang kurang berkembang di Asia Selatan.

Pada 3 Mei, India mencapai tonggak sejarah suram setelah dihantam 20 juta kasus. Meskipun jumlah sebenarnya diperkirakan jauh lebih tinggi. Dr Khan memperkirakan India diserang varian B1.1.7 dari Inggris yang lebih menular dan mampu menyebar lebih cepat.

Betapapun tragisnya situasi di India, tulis Dr Khan, negara-negara Asia Selatan lainnya sekarang mulai mengalami peningkatan infeksi Covid-19. Di seberang perbatasan India, Pakistan mencatat peningkatan kasus secara tajam dengan lebih dari 140 ribu infeksi baru dan lebih dari 3.000 kematian, hanya pada April saja.

Pada 28 April, Pakistan yang berpopulasi 217 juta penduduk mencatat tingkat kematian harian tertinggi sebanyak 201 kasus. “Sekarang ada kekhawatiran Pakistan mungkin mengalami nasib yang sama dengan India,” tulis Khan.

Pakistan memang lolos dari dua gelombang awal pandemi. Hal ini membingungkan para ilmuwan karena negara itu tidak melaporkan tingkat infeksi dan kematian lebih tinggi selama 2020. Namun, kedatangan varian Inggris yang disertai sikap apatis Pakistan terhadap virus tersebut telah menyebabkan lonjakan kasus baru-baru ini.

Setelah melihat kondisi India, Pakistan menyerukan warganya mematuhi protokol kesehatan. Perdana Menteri Pakistan Imran Khan meminta bantuan tentara membantu kepolisian memastikan prosedur operasi standar ditaati publik.

Sekolah-sekolah ditutup hingga Idul Fitri, pasar tutup pada pukul 6 sore, makan bersama di dalam dan di luar ruangan dilarang sampai Idul Fitri, kantor tutup pukul 2 siang, dan semua penerbangan ke India dilarang.

Baca Juga: Narendra Modi Biang Kerok Petaka Gelombang Kedua Corona di India

Selain Pakistan, kata Dr Khan, Bangladesh sepertinya akan menjadi negara hotspot covid-19 selanjutnya. Negara ini nyaris adem ayem selama pandemi 2020. “Tetapi ini telah menyebabkan orang-orang menjadi terlena tentang virus dan tidak mengikuti pembatasan sosial.”

Maret dan April lalu, infeksi kasus covid-19 di Bangladesh meningkat, yang mendorong pemerintah memberlakukan pembatasan baru di seluruh negeri. Pada 19 April, Bangladesh mencatat angka kematian harian tertinggi dengan 112 kasus. Karantina wilayah secara penuh mulai diterapkan sejak 14 April.

Sejak kasus meningkat, pemerintah melarang pertemuan publik dan perjalanan ke negara-negara yang dianggap berisiko tinggi. Pemilu yang direncanakan di beberapa daerah juga ditunda.

Vaksinasi sedang berlangsung tetapi berjalan lambat. Hanya 2,81 juta warga—dari 163 juta populasi—yang menerima kedua dosis vaksin. “Kunci bagi Bangladesh adalah berharap masalah India tidak meluas ke perbatasan dan mendatangkan malapetaka pada sistem perawatan kesehatan.”

Nepal, Afghanistan, dan Sri Lanka, yang berada di dekat Bangladesh dan Pakistan juga mengalami peningkatan kasus selama Maret. Warga ketiga negara itu telah menerima vaksin yang datang melalui sejumlah rute donasi. Namun, Dr Khan enggan menyebut ketiga negara itu sebagai hotspot covid-19 berikutnya. “Masih harus dilihat apakah yang kita lihat di India akan terulang di sana.”

Banyak negara telah mengirimkan bantuan ke India dan sedang menanti perkembangan selanjutnya. Namun, catat Dr Khan, mengatasi pandemi hanya di satu bagian dunia saja tidak akan mungkin dilakukan. “Pergerakan orang dan barang, ditambah fakta bahwa satu dari tiga orang yang terkena virus corona tidak menunjukkan gejala, berarti virus tersebut akan melintasi batas negara.”

Sejauh ini, tambah dia, apa yang dilakukan pemerintah setiap negara untuk membendung penyebaran penyakit sangat penting bagi semua orang. “Ini pandemi global yang tidak akan berakhir sampai semuanya berakhir. Dan itu mungkin berarti negara-negara mengesampingkan kepentingan langsung mereka untuk membantu orang lain.”[]

Diperbarui pada ( 13 Maret 2024 )

Facebook Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *