Empat Orang Tewas dalam Kerusuhan di Gedung Kongres Amerika Serikat

Kerusuhan di gedung kongres Amerika Serikat tersebut membuat beberapa politikus Partai Republik marah terhadap Donald Trump.

Pendukung Trump di depan Gedung Kongres Amerika Serikat. (©fox5dc.com)

BNOW ~ Empat orang tewas dalam kerusuhan di Gedung Kongres atau Capitol Hill di Washington DC, Amerika Serikat, Rabu petang.

Kepala Kepolisian Distrik Columbia, Robert Contee, dilansir Fox5 mengatakan seorang wanita tewas ditembak oleh polisi Capitol di dalam gedung, saat petugas menghalau demonstran yang mencoba masuk.

Wanita itu diidentifikasi bernama Ashli ​​Babbit dari San Diego. Polisi sedang melakukan penyelidikan internal terkait hal itu.

Sementara tiga korban lainnya seorang wanita dan dua pria dewasa. Mereka, kata Contee menderita situasi medis darurat secara terpisah yang mengakibatkan kematian. Contee tidak merinci lebih lanjut.

Kerusuhan meledak setelah para pendukung Donald Trump menyerbu Capitol Hill tempat digelarnya perhitungan suara electoral college untuk mengukuhkan presiden terpilih Joe Biden.

Polisi menembakkan gas air mata dan granat perkusi untuk membubarkan massa. Namun, para pendukung Trump terus berupaya merangsek ke dalam gedung. Sesaat, mereka menguasai gedung sebelum akhirnya polisi memaksa mereka keluar.

Setelah polisi menghalau demonstran dari halaman gedung, kongres melanjutkan penghitungan hasil pilpres sekitar pukul delapan malam.

Jam Malam

Akibat kerusuhan itu, tambah Contee, sekitar 14 polisi luka-luka. Satu petugas, kata dia, sempat ditarik ke dalam kerumunan dan diserang hingga mengakibatkan luka serius yang memerlukan rawat inap.

Menanggapi kerusuhan tersebut, Wali Kota Distrik Columbia Muriel Bowser memberlakukan jam malam sejak pukul enam sore.

Dia juga memperpanjang situasi darurat di kota itu hingga 21 Januari, yang memungkinkan kota memperoleh bantuan pengamanan tambahan untuk meredam kerusuhan.

Setelah pemberlakukan jam malam, polisi menangkap sekitar 47 orang. Beberapa di antaranya karena membawa pistol tanpa izin.

Polisi juga menemukan dua bom pipa di dekat markas besar Komite Nasional Demokrat dan Komite Nasional Republik.

Pendukung Trump membawa 'oleh oleh' dari dalam Gedung Kongres Amerika Serikat. (©fox5dc.com)
Pendukung Trump membawa ‘oleh oleh’ dari dalam Gedung Kongres Amerika Serikat. (©fox5dc.com)

Dipicu Donald Trump

Kerusuhan itu terjadi dinilai akibat klaim dari Presiden Donald Trump bahwa pilpres curang. Rabu pagi Trump menyerukan pendukungnya untuk menguasai Capitol Hill sebagai bentuk protes.

Setelah kerusuhan meletus, Rabu sore Trump meminta para pendukungnya mengosongkan gedung Capitol dan pulang. Namun, Trump tampak bersimpati dengan mereka. “Kami mencintaimu. Kamu sangat istimewa,” ujarnya.

Hal serupa dilakukan anaknya, Ivanka Trump. Melalui Twitter, Ivanka menyerukan pendemo yang disebutnya “patriot Amerika” agar menghentikan kekerasan.

Anehnya, tak lama sesudah diposting, putri tertua Trump tersebut menghapus tweet itu.

Menanggapi pertanyaan koresponden CNN Kate Bennett tentang penyebutan “patriot” untuk pengunjuk rasa yang membobol Capitol Hill, Ivanka mengklarifikasi dan menulis, “tidak”.

“Protes damai itu patriotik. Kekerasan tidak dapat diterima dan harus dikutuk dengan keras,” tweet-nya.

Tindakan Terorisme

Kerusuhan di gedung kongres Amerika Serikat tersebut membuat beberapa politikus Partai Republik marah terhadap Donald Trump. Salah satunya, anggota kongres dari Utah, John Curtis.

“Apa yang terjadi adalah tindakan terorisme domestik yang diilhami dan didorong oleh Presiden kita,” tulis Curtis di Twitter, Rabu malam.

Curtis menyebutnya sebagai “penodaan rumah bangsa kita”.

“Frustrasi dengan pemilu saya bisa mengerti, tapi pembenaran atas tindakan presiden dan massa saya tidak bisa. Tidak ada orang Amerika, tidak ada pemimpin terpilih, dan tentu saja tidak ada presiden yang berpartisipasi, menginspirasi, atau memaafkan tindakan seperti ini,” tulis anggota kongres itu.

Kritik keras juga datang dari Senator Mitt Romney. Kerusuhan tersebut, kata Romney, sebagai “pemberontakan yang dihasut oleh presiden”.

Akui Kemenangan Biden

Sesi gabungan kongres akhirnya menyelesaikan penghitungan suara elektoral. Wakil Presiden Mike Pence yang memimpin penghitungan tersebut menyatakan Biden memenangkan Electoral College dengan 306 suara, berbanding 232 suara untuk Trump.

Setelah kongres menyatakan kekalahannya, barulah Donald Trump berjanji mentransfer kekuasaan secara tertib kepada presiden terpilih Joe Biden. “Meskipun saya sama sekali tidak setuju dengan hasil pemilu, dan fakta menunjukkan kepada saya, namun akan ada transisi yang teratur pada 20 Januari,” ujarnya.

“Saya selalu mengatakan kami akan melanjutkan perjuangan untuk memastikan bahwa hanya suara sah yang dihitung. Meskipun ini akhir dari masa jabatan pertama terbesar dalam sejarah kepresidenan, ini hanya awal dari perjuangan kami untuk Membuat Amerika Hebat Lagi,” bual Trump lagi.[]

Diperbarui pada ( 15 Maret 2024 )

Facebook Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *