Bridgefy, Aplikasi Tanpa Internet yang Pamor di Kalangan Demonstran Hongkong

Seorang juru bicara Bridgefy mengatakan aplikasi tersebut menggunakan enkripsi RSA atau Rivest Shamir Adleman, salah satu standar kriptografi yang terkenal.

Ilustrasi bridgefy

Para pengunjuk rasa di Hongkong menggunakan Bridgefy untuk menyiasati disensornya internet dan beberapa aplikasi perpesanan oleh Pemerintah Tiongkok. Bridgefy memungkinkan pengunjuk rasa berkomunikasi satu sama lain tanpa koneksi internet, karena hanya mengandalkan Bluetooth.

Para pengunjuk rasa prodemokrasi di Hongkong memakai Bridgefy dengan alasan sulit dilacak oleh otoritas Cina. Awal pekan ini, jumlah unduhan aplikasi melonjak, mencapai hampir empat ribu persen dalam dua bulan terakhir.

Bridgefy dipakai untuk mengirim pesan ke sesama pendemo. Ada beberapa model cara kerjanya. Untuk pengiriman pesan ke seorang pengguna lain, jarak antara si pengirim dan penerima harus berada dalam radius 100 meter.

Bagaimana jika penerima pesan di luar radius tersebut? Pesan tersebut akan “mampir” dulu ke beberapa pemakai Bridgefy lain di dalam radius kelipatan 100 meter. Jika si penerima pesan berada satu kilometer dari si pengirim, pesan tersebut akan singgah di 10 pengguna Bridgefy.

Orang-orang di tengah tersebut tidak memiliki akses ke pesan.

Walaupun berjalan tanpa internet, mengunduh aplikasi ini tentu dibutuhkan internet. Selain itu, internet dibutuhkan untuk menyinkronkan kontak di ponsel. Jika tidak memiliki akses Internet, aplikasi masih dapat digunakan tapi daftar kontak pengguna Bridgefy tidak akan muncul.

Setelah dijalankan, hidupkan fitur Bluetooth. Perlu pulsa untuk mendapatkan pesan verifikasi SMS. Namun, urusan verifikasi ini bisa diterabas setelah dua hingga tiga kali klik.

ilustrasi cara kerja bidgefy. @medium.com
ilustrasi cara kerja bidgefy. @medium.com

Bridgefy juga memiliki fitur broadcast yang memungkinkan pengguna mengirim pesan kepada siapa pun yang berada di sekitarnya. Meskipun penerima tidak berada di dalam daftar kontak.

Namun, ada catatan penting: pesan broadcast tidak akan terenkripsi.

Hal ini pula yang menjadi kekhawatiran tersusupinya jaringan Bridgefy oleh polisi Hongkong yang ingin memata-matai pendemo. Misalnya, polisi mendaftar ke Bridgefy dan membanjiri jaringan dengan siaran palsu.

Associate Professor di Johns Hopkins Information Security Institute, Matthew Green, mengatakan masalah keamanan utama Bridgefy adalah kerahasiaan dan keaslian pesan. “Bagaimana pengguna dapat yakin tentang identitas orang yang berkomunikasi dengan mereka? Secara hipotesis ini bisa dienkripsi,” ujarnya.

Lagipula, Green tidak yakin bagaimana Bridgefy bisa tetap beroperasi dengan cara yang aman ketika server mereka sedang offline.

Seorang juru bicara Bridgefy mengatakan aplikasi tersebut menggunakan enkripsi RSA atau Rivest Shamir Adleman, salah satu standar kriptografi yang terkenal. Pesan siaran, kata dia, sengaja tidak dienkripsi agar semua orang bisa membacanya.

Bridgefy mengakui tidak ada aplikasi yang bisa kebal dari pengintaian. “Tidak banyak yang bisa kita lakukan tentang pengawasan dan sensor selain mengenkripsi semua yang kita bisa. Dengan aplikasi apa pun, offline atau online, akan selalu ada risiko yang tidak dapat dikontrol oleh pengembang aplikasi,” ujar juru bicara.

Green juga menyoroti kekhawatiran tentang pengumpulan metadata yang mencakup pengidentifikasian perangkat ponsel pengguna Bridgefy. Data ini dapat digunakan untuk menentukan identitas pemilik ponsel.

Otoritas terkait, kata Green, dapat meminta provider tertentu atau Bridgefy untuk mencari tahu siapa saja orang Hongkong yang memakai aplikasi.

Dia mencontohkan aplikasi pesan Cina, WeChat, yang memiliki izin “mengambil aplikasi yang sedang berjalan” di Android. Pemerintah China dapat dengan mudah meminta Tencent_perusahaan di balik WeChat_untuk menyerahkan daftar pengguna yang menjalankan aplikasi dan di mana posisi mereka.

Ada juga kekhawatiran tentang penyebaran malware oleh Pemerintah Cina melalui aplikasi dalam bentuk broadcast yang disusupi tautan berbahaya.

Namun, terlepas dari itu, Bridgefy dapat tetap menjadi alat yang sangat berguna untuk berkomunikasi dan berorganisasi dalam situasi ekstrem di tengah chaos-nya Hongkong.

Di luar urusan politik, Bridgefy dapat dipakai untuk keperluan darurat seperti saat bencana. Atau, ketika berada di tengah konser musik maupun karnaval yang padat.

Aplikasi ini dirancang pada 2016 oleh sebuah perusahaan yang berbasis di San Francisco. Sebelumnya, Bridgefy diklaim telah digunakan di tempat-tempat yang koneksi internetnya amburadul.

Hingga pekan ini, unjuk rasa masih terjadi di Hongkong. Demo dipicu penolakan terhadap rancangan undang-undang ekstradisi. Jika disahkan, regulasi ini akan memberi kuasa kepada Hongkong untuk menahan orang lalu dikirim ke Cina untuk diadili.

Diperbarui pada ( 3 Maret 2024 )

Facebook Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *