~ Sedekah sekarang jangan sedekah dulu
Sejak tiga bulanan di rumah aja, aku nyaris mati gaya. Kegiatan sehari-hari hanya berputar-putar di seputar buka tutup media sosial, tudung saji, dan kulkas.
Hingga akhirnya kutemukan sebuah hobi baru, yang mungkin bagi sebagian orang sama sekali unfaedah.
Hobi, yang awalnya bahkan mampu membuat lidah suamiku istigfar dengan fasih sembari berucap, “Kerjaannya hana (tidak) manfaat dikit pun keu (untuk) umat.”
Namun, setelah mengetahui banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik dari hobi baruku itu, beliau malah menyodorkan kartu kuota internet baru.
“Nih, 30 GB, habisin untuk nonton Baim Wong, hidup boleh sederhana tapi mental harus kaya.”
Ceile.
Tak sia-sia aku merogok kocek dalam-dalam untuk mengikuti workshop public speaking agar bisa mempengaruhi dan menguasai alam bawah sadar seseorang.
Hahaha, becandaaa zeyeng.
Tapi di balik gorden itu aku percaya, bahwa setiap jiwa yang haus ilmu tidak akan pernah meremehkan setiap kejadian yang dilihat dan dialami. Bahkan sekadar melihat kumpulan semut yang tetap bisa bersalam-salaman tanpa takut terpapar corona.
Pada setiap peristiwa kita bisa mengambil pelajaran jika mau membuka mata dan mengusir rasa curiga.
Jadi gini, Bree, kuota 30 GB tadi kuhabiskan untuk mengulik kanal Bapau (Baim Paula) di YouTube.
Awalnya didorong rasa penasaran kenapa kanal yang baru seumuran balita itu kini memiliki pelanggan dan popularitas yang nyaris menyalip ‘King of Youtube’ Asia, Tuan Atta Petir Halilintar.
Bukan nyaris sih, tapi sudah keknya.
Sebagai mantan Presiden Jomblo Indonesia, pemilik nama lengkap Muhammad Ibrahim ini sepertinya telah meraup rupiah dari hasil “berbagi” dengan capaian angka Rp1 miliar sampai Rp15 miliar setiap bulan, menurut hitungan portal socialblade.
Gaji pokok Presiden RI mah lewat.
Hampir semua konten yang sudah berisi sekitar 500-an video di kanal YouTube itu mengangkat tema tentang “memberi”. Tentu bukan “memberi” waria kotak Indomie yang diisi batu dan sampah.
Baim Wong membuat konten dan karena banyak yang menonton akhirnya melahirkan pundi-pundi rupiah. Duit itu kemudian dibagikan lagi, baik kepada subcribers melalui give away, maupun kepada orang-orang yang kurang beruntung lainnya.
Output dari sepekan penuh menjadi stalker, akhirnya cita-cita masa kecilku yang dulu ingin terbang keluar angkasa dengan meminjam baling-baling bambu Nobita, kini berubah drastis. Aku justru ingin menjadi seperti Baim Wong.
Dari kanal tersebut aku mendapatkan hal baru tentang berbagi dan rasa peduli. Bukan hanya karena Baim kaya-raya tapi jauh kepada keringanan tangannya dalam berbagi.
Aku semakin yakin bahwa Allah itu baik dan tak pernah ingkar janji ketika berkata di dalam surat cinta-Nya yang bertajuk Al-Baqarah 261: perumpamaan orang-orang yang bersedekah di jalan Allah serupa sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.
Allah melipatgandakan rezeki bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah maha luas karunia-Nya lagi maha mengetahui. Walaupun menggunakan otak Jepang, tak bakal sanggup kita hitung pemberian-Nya, Bree.
Jadi aku menarik sebuah teori bahwa dengan menonton channel Baim Paula berarti telah ikut juga berkontribusi dalam membantu sesama. Ini bukan endorse, ya, pemirsa, hanya bagian isi hati yang meluap-luap.
Andai semua rakyat, pejabat, dan para konglomerat memiliki hati seperti Baim, cap Indonesia yang sejak aku belum lahir masih betah sebagai “negara berflower” tentu akan segera berubah.
Walaupun sejauh ini masih ada saja yang berkata, “Idih, ngasih uang kok harus bawa-bawa kamera segala, ntar jatohnya malah riya.” Seperti biasa, netizen +62 selalu lancar dalam mencurigai niat baik orang lain.
Hampir di setiap akhir videonya, Baim selalu bilang, “Berbagi itu untuk buat orang seneng aja, saya seneng liat orang seneng. Sesimpel itu, yang penting niatnya untuk buat orang seneng, kalo untuk dapatin pahala, kita nggak tau kita dapat pahala atau nggak, karena kadang-kadang manusia punya sedikit riya di hatinya.”
Ada benarnya juga sih. Masalah pahala, riya, ataupun dosa biarkanlah menjadi urusan Allah yang notabene memberikan wewenang penuh kepada Raqib dan Atid, yang punya tupoksi mencatat amal baik dan amal buruk seluruh manusia.
Sebagai seseorang yang belum punya tiket masuk surga, alih-alih nyinyirin sedekah orang lain mending sibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat, agar kelak bisa menerima rapor catatan amal dari tangan sebelah kanan.
Allah nggak ngelarang, kok, apabila ada hambanya yang suka berbagi baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.
Justru jika ada yang bersedekah akan dibalas dengan pahala dan hati yang tidak sedikit pun memiliki kekhawatiran maupun kesedihan.
Allah itu hebat, lho. Dia memberi rezeki kepada orang yang nggak disangka-sangka asal kita tidak mencurigai ketentuan-Nya.
Jangan pernah mikir dua kali untuk berbagi, karena uang itu ibarat jenggot, yang sesudah dicukur pasti akan numbuh lagi.
Baca Juga: Tutorial Merawat Pernikahan Agar yang Berat Pahalanya bukan Masalahnya
Jadi Bree, kalau mau dapat harta yang berlipat ganda jangan pergi ke Dimas Kanjeng Taat Pribadi, ya. Cukup datangi tetangga ataupun saudara-saudara kita yang membutuhkan.
Selain beberapa lembar rupiah, bisa juga memberikan satu dua kilogram beras. Ya, semampu dan semau yang kita bisa.
Jadi, jauh di lubuk hati yang tak lagi terukir namamu (apaan sih), aku masih berharap akan lahir Baim-Baim baru dari perut bumi Indonesia.
Seenggaknya, dengan kehadiran mereka-mereka itu akan lebih banyak lagi orang yang hidupnya kurang beruntung, bisa terbantu. Gitu kan Bree? Iya ajalah.
Diperbarui pada ( 3 Maret 2024 )