Mantan Presiden Maladewa Mohamed Nasheed Kritis Akibat Ledakan Bom

Namun, serangan bom jarang terjadi di Maladewa yang berpenduduk sekitar 340 ribu jiwa. Sejak 2000-an hanya dua kejadian yang mengguncang negara destinasi wisata populer dunia itu.

Polisi memeriksa TKP ledakan bom yang melukai Mohamed Nasheed. ©Reuters

BNOW ~ Mantan Presiden Maladewa dan ketua parlemen saat ini, Mohamed Nasheed kritis setelah terluka akibat serangan bom pada Kamis malam, 6 Mei 2021.

Pria berusia 53 tahun itu baru saja meninggalkan rumahnya di ibu kota Male, dan hendak masuk ke mobil ketika sebuah bom yang menempel di sepeda motor meledak. Penduduk mengatakan ledakan itu terdengar di seluruh kota.

Nasheed menderita beberapa luka dalam ledakan itu dan dibawa ke Rumah Sakit ADK. Pada Jumat sore, rumah sakit mengatakan Nasheed telah menjalani serangkaian operasi untuk menyelamatkan nyawanya.

“Selama 16 jam terakhir dia menjalani operasi pada luka di kepala, dada, perut dan anggota tubuhnya. Kondisinya kritis dan dalam perawatan intensif,” tulis Rumah Sakit ADK di Twitter.

Saudara laki-laki Nasheed, Nazim Sattar, yang juga mencuit di Twitter menuliskan para dokter telah menyelesaikan operasi dan sang mantan presiden sedang menuju pemulihan.

Tiga pengawal militer Nasheed bersama dengan dua pengamat—seorang pria Maladewa (41 tahun) dan pria Inggris (70 tahun)—menderita luka ringan.

Kepolisian Maladewa menyebut serangan bom itu sebagai tindakan teror yang disengaja. Komisaris polisi Mohamed Hameed mengatakan belum ada yang ditangkap terkait ledakan itu. Namun, polisi sedang mengidentifikasi empat orang karena perilaku mencurigakan mereka di tempat kejadian perkara.

Sejauh ini, belum ada yang mengaku bertanggung jawab terhadap ledakan bom tersebut.

Presiden Maladewa Ibrahim Mohamed Solih telah menjenguk Nasheed ke rumah sakit tempat Nasheed dirawat dan mengadakan pertemuan darurat setelah serangan itu.

Solih mengatakan ledakan bom itu bentuk serangan terhadap demokrasi dan ekonomi Maladewa yang bergantung pada pariwisata. Dia mengumumkan penyelidik polisi federal Australia akan tiba pada Sabtu untuk membantu penyelidikan.

Banyak pejabat dan warga Maladewa mengutuk serangan itu di media sosial dan berharap Nasheed cepat sembuh. Menteri Luar Negeri India Jaishankar juga mengungkapkan keprihatinan mendalam dan mengatakan Nasheed tidak akan pernah bisa diintimidasi.

Baca Juga: Bom 300 Kilogram Ditemukan di Lokasi Konstruksi

Nasheed merupakan presiden pertama Maladewa yang terpilih secara demokratis pada 2008 sekaligus mengakhiri 30 tahun kekuasaan Maumoon Abdul Gayoom di negara Samudera Hindia tersebut.

Namun pada 2012 dia dikudeta. Dalam pemilu yang disengketakan pada tahun berikutnya, dia dikalahkan saudara tiri Gayoom, Abdulla Yameen.

Pada 2015, Nasheed dijatuhi hukuman 13 tahun penjara atas tuduhan terorisme. Tuduhan ini menuai kritikan karena dinilai bermotif politik.

Setahun kemudian, dia diberikan cuti penjara untuk perawatan medis di London. Nasheed diberikan suaka di Inggris pada 2016 dan kembali ke Maladewa setelah Solih memenangkan pemilihan presiden 2018, yang secara mengejutkan mengalahkan Yameen. Pada 2019, Nasheed memenangkan pemilihan legislatif dan menjadi ketua parlemen, posisi terkuat kedua di Maladewa.

Nasheed telah memperjuangkan upaya memerangi perubahan iklim dan menjadi kritikus vokal “ekstremisme” agama di Maladewa, yang mayoritas Muslim Sunni.

Serangan Bom Maladewa Lukai Mantan Presiden Mohamed Nasheed
Mohamed Nasheed. © AP

Pengamat Asia Selatan di Wilson Center, Michael Kugelman mengatakan kepada Al Jazeera, motivasi politik selalu menjadi kemungkinan penyebab di balik ledakan yang melukai Nasheed.

Dia juga mencatat ada sejarah kehadiran militan Islam di Maladewa. Sekitar 300 warga Maladewa diketahui pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.

Kelompok bersenjata itu juga mengklaim bertanggung jawab atas pembakaran kapal di Maladewa tahun lalu, tetapi buktinya hanya sedikit.

Sementara pada 2019, para penyelidik mengatakan jurnalis Ahmed Rilwan Abdulla, yang hilang pada 2014, dibunuh afiliasi lokal al-Qaeda. Lalu Yameen Rasheed, blogger liberal terkemuka yang memimpin kampanye menemukan Rilwan, terbunuh pada 2017.

Kejadian ini membuat aparat hukum secara terbuka mengakui keberadaan ISIS sebagai upaya membungkam suara-suara liberal di Maladewa.

Namun, serangan bom jarang terjadi di Maladewa yang berpenduduk sekitar 340 ribu jiwa. Sejak 2000-an hanya dua kejadian yang mengguncang negara destinasi wisata populer dunia itu. Pada 2007, ledakan di sebuah taman di ibu kota melukai 12 turis asing. Pada 2015, mantan Presiden Abdulla Yameen lolos tanpa cedera setelah terjadi ledakan di speedboat miliknya.[]

Diperbarui pada ( 13 Maret 2024 )

Facebook Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *