
I’m Still Here — Chapter 15
Kak, tadi waktu aku dan Kak Dini memasukkan sangkar Laila Majnun, aku lihat ada robekan-robekan kertas di bawah tangga teras belakang. Jangan-jangan—“
Kak, tadi waktu aku dan Kak Dini memasukkan sangkar Laila Majnun, aku lihat ada robekan-robekan kertas di bawah tangga teras belakang. Jangan-jangan—“
Mahasiswa gondrong kemungkinan masih ada satu dua orang yang bertahan. Tapi, mereka sudah jadi spesies nokturnal yang langka.
Di dalamnya nampak dua burung hijau cerah berparuh melengkung. Bulu di tenggorokan dan punggung bawah mereka merah menyolok.
kalau mau didalami lebih dalam dan lebih jauh, utak-atik MikroTIK ini gampang, kok. Asalkan tidak bobok saat menyimak tutorialnya.
Sontak, keempat gadis itu terpekik. Empat pasang mata melihat ke arah pintu dapur. Tuas pintu bergerak. Dua kali berturut-turut.
Dahulu juga kami mengadakan selamatan dan ternyata—“ Tante Hanum terdiam. Parasnya seperti mengingat-ingat. Sehelai ekspresi getir turun menyelubungi wajahnya.
Di dalam dada beliaw, kayaknya paru-paru sudah lama menyerah dan angkat tangan. Paru-parunya sudah tak peduli apakah yang masuk itu asap rokok atau asap lainnya.
“Biar sajalah hantunya di situ. Mereka kan punya alam lain. Kita punya alam kita sendiri juga.”
Media sosial seolah menjelma ruang sidang tanpa sekat. Siapa pun dapat menjadi hakim.
Perlahan, perlahan sekali, sosok itu mendongak, menatap Nada, dengan ceruk mata yang sangat cekung hingga nampak gelap belaka.
Di sisi lain, Nada belum pernah bercerita pada siapa pun tentang hal-hal aneh yang dialaminya di rumah itu. Termasuk pada Eri.
Ini bukan kali pertama Breedie menerima sedekah tulisan yang berbau plagiat atau sudah tayang di blog lain.
Badan Nada menegang. Seperti membeku kaku. Punggungnya serasa mengkerut. Kulit kepalanya bagai dirayapi ribuan semut api.