Dapat Hidayah Setelah Gagal Beli Masker Corona di Indomaret

Saat meluncur bersama Sunmori itulah muncul sedikit niat jahat. Sedikit aja, kalau banyak kali bisa bahaya. Saya berniat memborong dan menimbun.

Ilustrasi masker breedie. Freepik

~ Harga masker Indomaret tetap murah di saat Corona makin mewabah ke daerah

Sore hari yang basah. Kebun-kebun, rumah-rumah dan tanah serta jalanan baru diguyur hujan cukup deras hingga beraroma petrichor.

Padahal puncak siang cerah. Jalanan beraspal menguap menimbulkan fatamorgana kolam air. Menjelang sore hujan yang tak diinginkan tiba-tiba mengguyur. Begitulah perubahan cuaca yang tidak menentu.

Saya sudah siap-siap hendak beranjak ke pasar, pastinya ke Indomaret, mau beli masker.

Ya. Beli masker ke Indomaret. Di apotik jelas tidak ada. Semenjak virus Corona masuk ke Indonesia masker jadi barang langka. Baru terungkap dua kasus corona di Depok, harga masker melambung tinggi.

Saya butuh masker sebenarnya bukan ikut latah ketakutan Corona seperti ibu-ibu di kota yang memborong masker untuk melindungi keluarganya saja.

Namun, bukan berarti saya tidak waswas akan wabah Corona bakal meluas ke daerah-daerah. Saya malah makin parno terhadap virus itu. Melihat pola serangan di bagian pernapasan, saya jadi tambah kuatir.

Saya yang alergi debu, jangankan virus Covid-19, pergantian cuaca saja langsung ambruk akibat menderita ISPA.

Seringnya, ketika bepergian ke kota dengan Sunmori lalu di jalanan sempit dan menanjak bersua truk pasir yang merangkak pelan beriringan, itu penderitaan buat saya.

Debu yang beterbangan dan asap Karbon Monoksida (CO) sisa pembakaran solar menyembul ke muka, cukup bisa menginfeksi saluran pernapasan.

Besok atau lusa, saya pun ISPA dan pekerjaan yang menumpuk jadi cek list ALPA semua.

Maka dari itu saya harus pakai masker, sebagai penangkal virus ISPA tak gampang merajalela.

Itulah sebab kenapa semenjak setahun terakhir saya sering berlangganan masker di Indomaret. Pernah beli di apotek tetangga, tapi lima ribu cuma dapat dua. Agak mahal.

Selain itu tidak ada varian. Beda dengan Indomaret yang maskernya ada pilihan rasa. Sepertinya produsen masker Indomaret mengikuti jejak perusahaan permen dan kondom yang menancapkan aneka rasa pada produknya.

Masker di Indomaret juga ada model untuk anak-anak. Kalau masker paket 3M satu sachet Rp9.000 dapat empat picis, yang sudah dilabeli Indomaret dapat lima.

Lebih murah di Indomaret kan daripada apotek tetangga?

Selain itu, beli masker eceran Indomaret sudah terbungkus dengan bagus, dan sisa yang belum terpakek tetap aman dan steril dalam kemasan plastik.

Kalau masker eceran di apotek dimasukkan dalam kantong kresek. Lebih mudah berdebu bila disimpan lama.

Singkat cerita, sore itu setelah hujan reda saya meluncur lagi ke Indomaret hanya untuk beli masker.

Saat meluncur bersama Sunmori itulah muncul sedikit niat jahat. Sedikit aja, kalau banyak kali bisa bahaya.

Beberapa waktu lalu, stok masker kosong di semua gerai Indomaret. Sekarang, stoknya lumayan banyak. Saya berniat memborong dan menimbun. Sebagai bentuk jaga-jaga sekaligus bisnis.

Nanti kalau Covid-19 masuk ke Gayo, saya bisa jual lagi dengan harga tinggi. Siapa tau saya bisa viral seperti meme tukang masker naik haji.

Meme tukang jahit masker kain naik haji
Meme tukang jahit masker kain naik haji

Tapi niat itu saya urungkan dalam hati. Selain tidak berbakat menjadi antagonis, duit di kantong saya sangat pas-pasan, wkwkwkw.

Untung bensin Sunmori telah saya isi. Kalau dia ikutan minta dibelikan masker juga kan berabe.

Indomaret sore itu berada dalam kondisi seperti biasanya. Tidak ramai, tidak sepi.

Di salah satu rak, saya ambil satu bungkus masker lalu bergegas ke meja kasir. Harus bergegas supaya godaan untuk membeli barang-barang lain bisa ditepis.

Di salah satu sudut rak, sebelum belokan ke meja kasir, saya hampir kaget terpelanting ke sisi jalur yang lain.

Di sudut rak yang penuh jejeran sampoo dan berbagai properti grooming itu saya hampir menubruk seorang pemuda.

“Belanja, Bang…” dengan ramah ia menyapa ketika panik saya belum sempurna hilangnya.

“Ya…” Jawab saya singkat setelah sadar si anak muda itu adalah warga kampung saya juga.

Sesampainya di kasir, ternyata telah banyak pembeli mengantre. Seperti kendaraan yang sabar menunggu lampu hijau menyala.

Di depan sekali, bapak-bapak berjanggut, bergamis dan celana cingkrang belanja mireng alias minyak goreng diskon.

Di belakang beliau, ada abang-abang beli makanan bayi. Di belakangnya lagi, ibu-ibu belanja susu, gula dan produk pendukung dapur lainnya.

Nah, di belakang ibu itu, ada saya yang cuma menenteng masker dengan santuy.

Tiba-tiba, dari dekat pintu masuk, seorang bapak menuju ke rak khusus susu yang berada di belakang kasir. Dia memilih-milih susu sambil menanyakan harga satu per satu.

Dengan raut muka malas, kasir terpaksa menjawab satu per satu juga. Padahal kasir lagi bete dengan sistem yang macet. Sedangakan kami yang duluan antre jadi waswas kalau-kalau bapak itu yang lebih dulu dilayani. Syukurlah, ternyata bapak itu cuma pelanggan CNN (customer nanya-nanya) yang tidak jadi membeli.

Karena terlalu syahdu menenteng masker, saya tidak menyadari ada celah yang demikian lebar terbuka antara saya dengan si ibu pembeli susu.

Ke celah itulah, tiba-tiba masuk seorang abang-abang yang menenteng empat botol air mineral. Saya disalip dengan sempurna. Jika ketahuan Sunmori, pasti motor tua itu akan menertawakan saya sejadi-jadinya

Namun, saya pasrah saja, walau waktu makin senja. Beberapa menit lagi toko Indomaret bakal tutup pintu. Pembeli yang antre tidak ada yang maju satupun.

Meme antrian panjang di kasir Indomaret
Meme antrian panjang di kasir Indomaret. (Google)

Ternyata mesin point os sale (POS) kasir Indomaret heng. Komputer tidak mau login. Padahal ada dua mesin POS. Tapi, kok, cuma satu itu aja yang dicoba terus.

Bosan lama menunggu karena lampu hijau tak kunjung menyala, saya dan abang yang menyalip tersebut memilih membubarkan diri. Saya mengembalikan lagi masker itu ke raknya lalu langsung ngacir keluar Indomaret.

Saya ke lokasi parkir menemui Sunmori yang sudah bete menunggu sedangkan abang itu memotong jalan ke warung di depan Indomaret.

Melihat kejadian babang tamvan itu gagal beli empat botol air mineral di Indomaret dan terpaksa beli di warung lokal, saya jadi teringat dengan meme di bawah ini.

Meme jangan belanja di-Indomaret-tapi-beli di warung tetangga.
Sumber meme kiriman grup WA.

Akhirul kalam, saya tutup dengan satu simpulan: Jajanlah di warung tetangga, jangan pedulikan soal harga. Toh, kalau Bree meninggal, toke kedai kampungmu juga yang duluan tutup warung dan menggali kuburmu. Bukan kasir Indomaret.

Tapi kalau butuh masker, beli di Indomaret saja, karena saya yakin, warung di kampungmu pasti tidak jual masker.

Atau kalau pingin disapa kasir cantik, datang saja ke Indomaret. Atau seperti kata salah satu teman yang sudah sukses, belum sukses hidupmu kalau belum pacari dan nikahi kasir Indomaret.

Benarkah?

Diperbarui pada ( 25 Maret 2024 )

Facebook Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *