Enam belas tahun bukanlah masa yang terentang jauh. Seperti menoleh ke kiri dan kanan, jaraknya begitu dekat dalam almanak.
Namun, 16 tahun juga terlampau singkat untuk merangkum peristiwa besar pada 26 Desember 2004 tersebut.
Peristiwa itu kini tertinggal di belakang pundak kita. Setahun sekali kita menolehnya untuk memperingati melalui sebuah seremoni.
Gempa bumi dan tsunami Aceh salah satu bencana mahabesar dalam sejarah kontemporer umat manusia. Gelegak lautnya begitu dahsyat. Ujung gelombang tsunami menghancurkan tepi pantai dan deburannya jatuh ke tengah pemukiman manusia; meluluhlantakkan segala yang dilaluinya.
Gempanya begitu kuat dan bertenaga. Hentakannya mampu meruntuhkah tiang-tiang kuat di daratan, membuat bangunan jadi puing dalam sekejap mata.
Lalu, tangis manusia begitu ingar-bingar sesudahnya. Mayat-mayat bergelimpangan seperti batang-batang pohon yang tumbang. Anak-anak menjerit kehilangan orang tuanya. Ibu-ibu mengeluh tak bisa menemukan keluarganya.
Efek buruk dari bencana ini multikompleks, menyisakan cerita berjilid-jilid yang tiada pernah habisnya.
Namun, efek baik terjadi seketika sesudahnya. Tsunami membuka Aceh dari selubung konflik, mematikan api pertarungan politik yang membara bertahun-tahun. Menyelamatkan banyak generasi muda Aceh dari incaran perang.
Gempa dan Tsunami juga membuka Aceh dari selaput isolasi dengan negeri-negeri yang jauh. Orang-orang asing datang atas nama kemanusiaan. Mereka berbaur dan diterima dengan baik.
Sesaat, Aceh menjadi kosmopolit seperti di masa lalu, di masa kesultanan pernah berjaya.
Baca Juga: Cerita di Balik Lagu Tsunami yang Memakai Bahasa Aceh dan Inggris
Kini, tahun-tahun perjuangan untuk bangkit dari bencana telah kita lalui. Sejarah sudah dan sedang kita tuliskan. Sebuah semangat sedang kita unggah untuk menjadi cerminan bagi generasi sekarang dan nanti.
Bahwa orang Aceh adalah pejuang dan mereka tak pernah menyerah, walaupun dihantam bencana kuat seperti itu.
Kini kita menyongsong era baru. Puing-puing yang runtuh telah berganti pilar-pilar baru nan kokoh. Duka telah meredup. Pengalaman berharga akan mitigasi bencana telah kita kantongi.
Selamat jalan para syuhada tsunami, semoga tenang di sana. Izinkan kami mengenang bencana ini sebagai sebuah kisah untuk diceritakan lagi kepada anak cucu. Ingatkan jika kami lupa.
Diperbarui pada ( 3 Maret 2024 )