Syahdan, pada suatu pagi Ramadan saat saya masih lajang, saat para lajang sedang giat-giatnya berasmara subuh.
Saat itu, di musala kampung setelah salat subuh dilanjutkan dengan kultum alias kuliah tujuh menit.
Tapi, pada subuh 10 hari terakhir Ramadan itu, stok para penyampai kultum sudah habis.
Untuk mengisi kekosongan, Pak Imam kampung kami berinisiatif mempersilakan kaum ibu yang menyampaikan kultum.
Setelah bermufakat kilat, Pak Imam pun memilih Wak Milah dari barisan kaum ibu yang hadir sebagai jamaah subuh waktu itu.
Wak Milah termasuk perempuan yang vokal. Beliau pendiri yayasan Raudhatul Athfal (RA) di kampung kami, yang kepala sekolahnya masih dijabat oleh kakak saya hingga sekarang.
Tema kultum yang dibawakan Wak Milah tentang jin. Topik kultum yang jarang sekali dibahas oleh teungku dan tokoh masyarakat di kampung saya yang terkenal sebagai sentral UKM toge.
Pasti taulah, selama Ramadan penceramah kerap berceramah tentang puasa dan gemar mengutip ayat, “Ya ayyuhalladzina amanu kutiba alaikumus siam…”
Ini kok jin? Kenapa Wak Milah memilih topik di luar trending topik?
Setelah salam dilanjutkan mukadimah yang sedikit terbata-bata, ceramah langsung masuk ke inti pembahasan.
Jadi, kata Wak Milah, “Jin adalah makhluk yang sangat sudah tua renta sekali. Sebelum manusia diciptakan, jin sudah lebih dulu ada.
Perkara jin yang sudah lebih dulu diciptakan, sudah dijabarkan dalam Alquran yakni Surah Al Hijr ayat 26.
‘Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.’
Sebagaimana makhluk ciptaan Allah yang lain, jin juga beranak pinak, dengan berbagai macam suku bangsa dan golongannya.
Salah satunya golongan iblis yang abadi tidak mati hingga kiamat.
Bisa dibayangkan ‘kan, raja iblis yang semenjak Nabi Adam lebih dulu ada, masih hidup hingga sekarang, pasti sangat tua, tua, renta sekali.
Seandainya kita bisa melihat si iblis yang sudah sangat tua, berkeriput pula, saya yakin bapak ibu tidak akan mau mengikuti bujuk rayu si syaitan tua bangka itu.
Apalagi di bulan Ramadan, iblis dan setan itu sudah diikat sehingga tidak bisa menggoda manusia lagi di bulan puasa.
Pertanyaannya, kenapa masih ada orang di bulan Ramadan ini yang tidak puasa, berbuat dosa, bahkan ikut juga korupsi BLT dana desa?
Meunyo ureueng ka meutabiat lage but jen, adak hana di sa’h le jen pih ka otomatis but jen (Kalau orang sudah bertabiat seperti perilaku iblis, walaupun tidak digoda, sudah otomatis berperilaku macam iblis).
Mari tobat, selagi masih ada sisa sepertiga puasa Ramadan, bulan penuh berkah dan pengampunan ini.
Kalau ada yang salah ucap, kepada Allah kami mohon ampun, kepada jamaah saya mohon maaf. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.”
Begitulah isi kultum Wak Milah yang tak lebih dari satu menit.
Diperbarui pada ( 3 Maret 2024 )