Krisis Krimea: Rusia Sebut Amerika Serikat Sebagai Musuh

Krisis Krimea awalnya hanya masalah domestik Ukraina. Namun pada perkembangannya melibatkan negara-negara Uni Eropa dan Rusia.

Latihan militer gabungan armada Amerika, Rumania, dan Ukraina di Laut Hitam. ©Warsawa Institute

BNOW ~ Krisis di Krimea memasuki babak baru setelah Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov menyebut Amerika Serikat sebagai musuh. “Amerika Serikat musuh kami dan [mereka] melakukan segala hal untuk merusak posisi Rusia di panggung dunia,” ujar Ryabkov, Selasa, 13 April 2021.

Ryabkov meminta kapal-kapal perang Amerika menjauh dari Krimea. “Kami memperingatkan Amerika Serikat akan lebih baik bagi mereka menjauh dari Krimea dan pantai Laut Hitam kami. Demi kebaikan mereka sendiri,” ujarnya.

Ryabkov menilai penempatan armada perang Amerika di Laut Hitam sebuah bentuk provokasi yang dirancang untuk menguji saraf Rusia. “Sama sekali tidak ada yang bisa dilakukan kapal Amerika di dekat pantai kami, ini murni tindakan provokatif. Provokatif dalam arti kata langsung: mereka menguji kekuatan kami, mempermainkan saraf kami. Mereka tidak akan berhasil,” ujar Ryabkov.

Krimea merupakan semenanjung di kawasan Laut Hitam yang sejak 1921 hingga 1945 dikuasai Uni Soviet. Setelah 1925, Krimea menjadi bagian dari Ukraina. Namun pada 2014, Moskow mencaplok Krimea. Krisis Krimea awalnya hanya masalah domestik Ukraina. Namun dalam perkembangannya, krisis itu melibatkan Amerika Serikat, negara-negara Uni Eropa, dan Rusia.

Dua kapal perang Amerika Serikat tiba di Laut Hitam pekan ini di tengah meningkatnya pertempuran di timur Ukraina. Di sana, pasukan pemerintah memerangi separatis yang didukung Rusia dalam konflik yang menurut Ukraina telah menewaskan 14 ribu orang.

Komentar Ryabkov juga menunjukkan semakin menipisnya kebaikan diplomatik yang umumnya dicari para bekas seteru Perang Dingin dalam beberapa dekade terakhir. Ucapan itu juga pertanda Rusia akan melawan kuat setiap upaya campur tangan Amerika di “halaman belakang” mereka.

Baca Juga: Foto Bangunan Putih di Tengah Hutan Ternyata bukan Rumah Vladimir Putin

Negara-negara Barat kini waspada setelah Rusia menumpuk pasukan secara besar-besaran di dekat perbatasan timur Ukraina dan di Krimea. Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg telah meminta Rusia menarik kembali pasukannya.

Namun, Rusia berdalih pergerakan pasukannya untuk tujuan pertahanan. Sebaliknya, Rusia menuduh NATO mengacaukan Eropa dengan memindahkan infrastruktur militer milik Pakta Pertahanan Atlantik Utara itu lebih dekat ke perbatasan mereka.

Menurut Ryabkov, Moskow telah mempelajari taktik Amerika terhadap Rusia dan akan menyesuaikannya. Dukungan militer Amerika kepada Ukraina merupakan tantangan serius bagi Rusia. Ryabkov menuduh Amerika dan NATO mengubah Ukraina menjadi “tong mesiu” dengan meningkatnya pasokan senjata.

“Setiap ancaman hanya menegaskan keyakinan bahwa jalur kami yang benar,” ujar Ryabkov sembari tetap memperingatkan kapal perang Amerika di Laut Hitam menjaga jarak untuk menghindari risiko tinggi dari insiden yang tidak diketahui.

Menteri Rusia Sebut Amerika Serikat Sebagai Musuh
Peta konflik di timur Ukraina. ©DW

Pentagon menolak membahas penempatan kapal. Mereka hanya mengatakan militer Amerika secara rutin mengirim kapal ke wilayah tersebut. Terkait dukungan militer kepada Ukraina, Amerika beralasan negara itu membutuhkan tentara yang kuat demi mempertahankan diri dari potensi agresi Rusia.

Armada Laut Hitam Rusia berbasis di Krimea dan memiliki fasilitas rudal dan radar yang kuat di semenanjung tersebut. Rusia mengonfirmasi pada Selasa, mereka memindahkan 15 kapal perang ke Laut Hitam dari Laut Kaspia untuk ambil bagian dalam latihan.[]

Facebook Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *