~ Sekayak habis cetak gol saja, langsung koprol, heuheuheu …
Sudah puluhan kalender saya menghabiskan hidup, hanya suguhan Pucok Krueng yang membuat saya takjub tak berkesudahan. Sampai-sampai saya merasa sedang di wilayah surgawi (ngeri kali, Bang). Padahal jelas-jelas hulu sungai itu berada di Lhoknga, Aceh Besar, Indonesia.
Pucok Krueng kalau diindonesiakan kira-kira artinya hulu sungai. Letaknya sekitar 18 kilometer dari Kota Banda Aceh. Tak jauh, bukan? Sekali pet mata sudah sampai. Kalau susah buka Google Maps saja.
Pucok Krueng merupakan kolam renang alami. Salah satu dindingnya berupa tebing berwarna putih dan kuning. Di sekitarnya tumbuh pohon-pohon asli bukan buatan. Jelas sudah, ini lokasi memang sangat nature.
Kalau tidak salah hitung, saya sudah hattrick bertandang dan nyemplung ke Pucok Krueng. Entah pesona apa yang membuat saya berlaga tandang ke sana hingga tiga kali.
Yang pasti, airnya sangat dingin. Entah berapa derajat celsius, soalnya saya tidak membawa termometer. Sungguh menusuk-nusuk daging sekaligus tulang dalam tubuh.
Baru koprol sekali dua, saya menyerah dan langsung menyeret badan naik mencari daratan. Bagaimana tidak, ketika berendam dalam air Pucok Krueng, saya merasa seperti sedang diperam dalam kulkas kabin teratas (maksudnya freezer, Bang?). Lama-lama saya bisa beku dan bisa jadi mati kedinginan.
Selain keindahan, keteduhan bawah air, hutan lebat dan dinding gunung menjulang, Pucok Krueng seperti punya misteri nini pelet tertentu. Entah apa itu, barangkali ada hantu blawu–salah satu nama makhluk halus khas Aceh–berkembang biak di situ.
Namun, secara kasat mata Pucok Krueng tak mengerikan. Sepanjang gelaran menjadi tempat mengelabui suntuk, belum ada kasus orang yang hilang nyawa di sana. Setidaknya, hingga tulisan ini tayang, tak ada berita soal itu di rubrik-rubrik kriminal.
Jadi, kalau Breeders ingin ke Pucok Krueng dengan niat berenang, saya sarankan datanglah saat siang, ketika matahari terik menganga. Agar suhu dingin tidak terlalu menyiksa.
Dan, satu lagi, debit air di kolam itu juga tak menentu. Jika air sedang tinggi keindahan akan tampak memukau. Seringkali, kala kemarau air akan menyusut, maka pemandangan tak lagi elok. Jangan sampai kecewa pokoknya.
Penampakan pada foto-foto di atas adalah kedatangan saya pada jadwal keberuntungan. Sebab, saya bertandang setelah hujan turun dua hari sebelumnya. Celakanya, saya tiba saat matahari telah jatuh di barat. Akibatnya, suhu air yang terlihat seperti badan Hulk itu sedang di level dingin maksimal.
Di bawah ini penampakan Pucok Krueng sewaktu saya berkunjung pada waktu yang tidak tepat. Sungguh menyiutkan semangat ritual pemandian. Bagaimanapun debit air Pucok Krueng, ianya tetap punya sihir menarik pengunjung menari-nari dalam pelukan air. Kecuali bagi yang tidak bisa berenang. Sial betul.
#Cara Mendatangi Pucok Krueng
- Dari pusat Kota Banda Aceh, butuh waktu sekitar sejam berkendara. Kisaran waktu ini boleh dikurangi jika Breeders tak suka.
- Silakan naik kendaraan sendiri atau ojol. Dilarang naik becak barang, lama nyampenya.
- Lihat waktu jika ingin pergi. Jangan datang menjelang pukul enam sore ke sana.
- Usahakan jangan pergi sendiri, minimal berdua dengan teman. Jangan ajak mantan.
- Bawa bekal secukupnya seperti cemilan maupun handuk dan baju ganti.
- Jangan lupa bawa kemra atau smartphone yang ada kemranya. Dilarang bawa 3315 kecuali terdesak.
- Di lokasi, usahakan tidak berendam terlalu lama sekaligus. Setelah 30 menit berendam sebaiknya naik ke permukaan. Leha-leha sejenak, baru nyemplung lagi.
- Sampah-sampah dibungkus dalam kantung plastik sendiri, jangan buang sembarangan.
- Share foto-foto lokasi itu ke medsos, biar orang di Rusia tau soal tempat tersebut.
Diperbarui pada ( 3 Maret 2024 )