Google Dituding Mata-matai Karyawan Sebelum Dipecat

Sebelumnya, Google diduga melindungi ‘bapak’ Android Andy Rubin yang kemudian dipecat karena pelecehan seksual ke karyawan.

Protes terhadap Google, 2015. @nbcnews.com

BNOW ~ Google diduga melanggar undang-undang ketenagakerjaan Amerika Serikat karena sang raksasa teknologi memata-matai karyawan yang mengorganisir hak-hak pekerja.

Hal itu tercantum dalam laporan pengaduan yang diajukan oleh Dewan Hubungan Perburuhan Nasional (NLRB) Kamis, 3 Desember 2020.

Laporan menyebutkan kedua pekerja Google, Laurence Berland dan Kathryn Spiers, dipecat pada akhir 2019 sehubungan dengan aktivisme karyawan.

Berland sebelumnya mengorganisir protes menentang keputusan Google untuk bekerja dengan IRI Consultants, perusahaan konsultan yang anti akan serikat buruh.

“Perekrutan IRI oleh Google adalah pernyataan yang jelas bahwa manajemen tidak akan lagi menolerir pengorganisasian pekerja,” ujar Berland dalam sebuah pernyataan.

“Manajemen dan kroni penghancur serikat ingin mengirim pesan itu, dan NLRB sekarang mengirimkan pesan mereka sendiri: pengorganisasian pekerja dilindungi undang-undang.”

Sementara Spiers dipecat setelah ia membuat pop-up untuk karyawan Google yang mengunjungi situs IRI.

Security engineer berusia 21 tahun ini bekerja untuk Google sejak Februari 2018.

“Karyawan Google memiliki hak untuk berpartisipasi dalam aktivitas bersama yang dilindungi,” bunyi pemberitahuan pop-up di pojok kanan website, yang hanya terlihat oleh pekerja Google.

Beberapa karyawan lain dipecat setelah protes, tapi menurut NLRB hanya pemutusan hubungan kerja terhadap Berland dan Spires yang melanggar undang-undang ketenagakerjaan.

Google mengatakan Spiers telah melanggar kebijakan keamanan. Pernyataan ini dianggap bakal merusak reputasi Spires di komunitas teknologi.

“Minggu ini NLRB mengeluarkan pengaduan atas nama saya. Mereka menemukan bahwa saya diberhentikan secara ilegal karena mencoba membantu rekan-rekan saya,” ujar Spiers.

Beberapa orang, kata Spiers, terlanjur percaya ia telah menyalahgunakan peran akibat kebohongan yang diceritakan oleh manajemen Google.

“NLRB dapat memerintahkan Google untuk memulihkan saya, tetapi tidak dapat membalikkan kerugian yang terjadi pada kredibilitas saya.”

Jika Google tidak mau menyelesaikan persoalan tersebut, pengaduan akan diteruskan kepada hakim administratif dalam beberapa bulan mendatang.

Google dapat dipaksa untuk membayar kembali gaji ke Berland dan Spiers, dan mempekerjakan mereka kembali, jika perusahaan kalah dalam kasus tersebut.

Bantahan Google

Melalui sebuah pernyataan tertulis lewat email kepada The Verge, seorang juru bicara Google mengatakan perusahaan akan mempertahankan posisi mereka dari upaya individu yang sengaja merusaknya.

Google, kata sang jubir, akan terus memberikan informasi kepada NLRB dan hakim administratif tentang keputusan mereka memberhentikan atau mendisiplinkan karyawan yang menyalahgunakan akses istimewa ke sistem internal.

“Tindakan tersebut merupakan pelanggaran serius terhadap kebijakan kami dan pelanggaran tanggung jawab terpercaya yang tidak dapat diterima. Kami akan mempertahankan posisi kami.”

Skandal Google

Selain memata-matai karyawan, Google juga pernah terseret ke dalam beberapa skandal lain. Sebelumnya, Google diduga melindungi ‘bapak’ Android Andy Rubin, yang terkait kasus pelecehan seksual ke karyawan.

Rubin dilaporkan masih mendapatkan uang pesangon sebanyak USD 90 juta, meskipun kemudian dipecat. Hal ini memicu gelombang protes di kantor-kantor perwakilan Google di seluruh dunia.

Lebih dari 20 ribu karyawan dan kontraktor Google berpartisipasi dalam pemogokan tersebut.

Skandal lain ketika para pekerja memprotes keputusan Google untuk bekerja dengan Departemen Pertahanan di Project Maven.

Proyek ini merupakan sebuah inisiatif penelitian kerjasama Google dengan Pentagon untuk mengembangkan algoritma visi komputer yang dapat menganalisis rekaman drone.

Proyek ini disebut-sebut membantu Amerika meningkatkan kemampuan serangan drone-nya.

Pada 2018, lebih dari 3.100 karyawan menandatangani petisi yang mendesak CEO Sundar Pichai mundur dari proyek tersebut. Karyawan mendesak Google seharusnya tidak boleh terlibat dalam bisnis perang.

Facebook Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *