Narendra Modi Biang Kerok Petaka Gelombang Kedua Corona di India

Modi dan barisan BJ-nya dinilai akan lebih mementingkan upaya mempertahankan kekuasaan ketimbang mengatasi gelombang kedua corona di India.

Pemandangan di tempat pembakaran mayat korban corona di New Delhi. ©NY Times

~ Gelombang kedua corona di India tok gegara politikus

Pada pertemuan virtual di Forum Ekonomi Dunia akhir Januari lalu, Perdana Menteri India Narendra Modi sesumbar tentang keberhasilan negaranya memenangkan perang melawan corona. “India telah menyelamatkan umat manusia dari bencana besar dengan menahan corona secara efektif.”

Tidak ada yang membantah ucapan politikus yang diusung partai nasional Hindu, Bharatiya Janata atau BJ itu. Anak buahnya bahkan mendukung ketika pada Maret Menteri Kesehatan Harsh Vardhan menyatakan India telah berada di akhir permainan melawan covid-19.

Vardhan memang tak menyebut kalau corona di India berhasil ditangkal dengan susu kuda liar. Dia hanya mengajak semua orang percaya pada ilmu pengetahuan di balik vaksin covid-19 dan memastikan vaksinasi dilakukan pada waktu yang tepat. Saat itu, India mulai melakukan vaksinasi.

Tapi, sejak pertengahan April cerita menjadi lain. Per 22 April 2021, India mencatat rekor tertinggi dunia untuk infeksi covid-19 yang mencapai 314.835 kasus dalam sehari. Catatan ini mengalahkan rekor Amerika Serikat dengan 297.430 kasus baru dalam sehari pada Januari lalu.

Lalu pada Sabtu, 28 April, India mengalahkan rekornya sendiri setelah menjadi negara pertama yang memperoleh 400 ribu kasus dalam sehari.

Kesuraman bertambah pada Minggu, 2 Mei, saat Negeri Anak Benua mencatat hari paling mematikan dalam sejarah pandemi corona saat 3.689 kematian terjadi dalam jangka 24 jam.

Sistem kesehatan India ambruk sejak awal gelombang kedua. Negara kewalahan. Setiap hari, tempat kremasi membakar ribuan jenazah—sesuai kepercayaan Hindu, mengirimkan abu tak berujung yang mengubah langit menjadi abu-abu di beberapa kota terbesar di India.

Rumah sakit kekurangan tempat tidur sementara pasien semakin membludak. Pasien terengah-engah karena pasokan oksigen tak mencukupi. Bahkan ada yang semaput ketika antre menunggu jatah oksigen.

Pemandangan yang tidak didapati di hari-hari sebelumnya.

Baca Juga: India Catat Rekor Tertinggi Dunia Kasus Covid-19 dalam Sehari

Sepintas, setelah sesumbar Modi pada Januari, India terlihat baik-baik saja. Corona sepertinya telah pergi. Pujian mengalir dari seluruh dunia. Mereka kagum bagaimana India berhasil lolos dari pandemi terburuk.

Di dalam negeri, “kesuksesan” itu kemudian dirayakan dengan pelonggaran pembatasan. Massa boleh berkumpul dalam kampanye-kampanye pemilu. Modi membiarkan kelompok-kelompok besar berkumpul untuk membantu Partai BJ yang berkuasa dan memoles identitas nasionalis Hindunya. Dia tampil setidaknya di kampanye tiga negara bagian, menyapa para pendukungnya yang hadir tanpa memakai masker.

Modi tampil dengan gaya baru dengan rambut dan janggut panjang. Dia menanggalkan topi bisbol dan kacamata hitam cantik yang dikenakannya setahun lalu. Penampilan itu mewakili gaya politik Modi yang dominan akibat kepercayaan diri berlebihan karena piawai dalam membangkitkan nasionalisme Hindu. Selain itu, Modi memanfaatkan kharisma pribadinya untuk menjadi politisi terkuat India dalam beberapa dekade terakhir.

Narendra Modi Biang Kerok Petaka Gelombang Kedua Corona di India
Poster Narendra Modi di negara bagian Kolkata. ©NY Times

Selain menjaga citra, apa yang dilakukan Modi demi memoles jalan kekuasaan partai pengusungnya karena pemilu nasional masih tiga tahun lagi. BJ harus memperkuat cengkeramannya di banyak negara bagian agar partai sayap kanan itu memperoleh kembali kekuasaan periode politik selanjutnya.

Saat infeksi gelombang kedua menunjukkan tanda-tanda meningkat, pemilihan umum di beberapa negara bagian diizinkan digelar. Pekan ini hasil suara pemilu mulai dihitung di negara bagian Assam, Benggala Barat, Tamil Nadu, Kerala dan Puducherry.

Pemerintah juga mengizinkan umat Hindu melakukan ritual ibadah yang dihadiri jutaan jamaah. Festival keagamaan Kumbh Mela di utara kota Haridwar dihadiri lima juta peziarah Hindu yang datang dari berbagai kawasan di India. Sebagian besar yang datang ke acara itu tak mengenakan masker dan abai protokol kesehatan. Sekitar 2.000 orang terinfeksi covid-19 di sini.

Baca Juga: Penyakit Misterius Menjangkiti Ratusan Warga India

Kini, kepongahan Modi akan keberhasilan mengatasi corona menjadi serangan balik yang menghantamnya dengan empuk. Oposisi yang lemah gencar menyerangnya dan di internet dia menjadi sasaran kritik.

Modi dikritik karena hanya fokus pada pemilihan umum negara bagian alih-alih pandemi. Dia dianggap bertanggung jawab secara pribadi atas gelombang kedua corona di India dan kematian yang meledak di seluruh negeri.

Banyak ahli menyalahkan kampanye politik dan upacara Hindu sebagai penyebab terjadinya gelombang kedua corona. Pemerintah federal juga dituduh gagal menanggapi peringatan pakar kesehatan pada awal Maret tentang varian baru yang lebih menular sedang menginfeksi India.

Banyak negara telah menyatakan kesediaannya membantu India menangani gelombang kedua corona. Peralatan medis diterbangkan ke New Delhi dari Prancis dan Jerman. Prancis mengirim delapan pabrik penghasil oksigen dan puluhan ventilator. Sementara Jerman mengirim 120 ventilator.

“Epidemi masih berlangsung di satu negara. Dunia tidak akan aman sampai kita semua aman. Jadi ini masalah yang mendesak,” ujar Duta Besar Prancis Emmanuel Lenain.

Modi bersama kabinetnya juga telah menyusun langkah-langkah mengatasi lonjakan kasus. Namun, sepertinya ia tidak akan berupaya lebih jauh. Modi dan barisan BJ-nya dinilai akan lebih mementingkan upaya mempertahankan kekuasaan ketimbang mengatasi gelombang kedua corona di India.

Facebook Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *