BNOW ~ Mantan ratu kecantikan Myanmar, Htar Htet Htet, angkat senjata melawan rezim junta militer. Perempuan 32 tahun ini mengaku telah bergabung dengan kelompok pro-demokrasi untuk membalas aksi kudeta 1 Februari.
Htet yang pernah berkompetisi di Miss Grand International 2013 di Thailand, memposting beberapa fotonya dengan seragam tempur hitam sembari menyandang senapan serbu.
“Waktunya telah tiba untuk melawan. Baik Anda memegang senjata, pena, keyboard, atau menyumbangkan uang untuk gerakan pro-demokrasi, setiap orang harus melakukan bagian mereka agar revolusi berhasil,” tulisnya di Facebook.
Htet juga menuliskan akan melawan sebanyak yang ia mampu. “Saya siap menyerahkan segalanya. Saya bahkan siap membayar dengan hidup saya.”
Sementara di akun Twitternya, Htet yang juga instruktur senam mengutip ucapan terkenal dari sosok gerilyawan legendaris asal Argentina, Che Guevara: “Revolusi bukanlah apel yang jatuh ketika matang. Kau harus membuatnya jatuh.”
“Kita harus menang,” cuit Htet lagi. Dia mengklaim telah menjalani pelatihan senjata di hutan lebih dari sebulan, tanpa memberikan banyak detail lainnya.
Htet melarikan diri dari Yangon pada akhir April bersama seorang temannya. Di hutan, dia ikut pelatihan militer di bawah arahan Organisasi Pertahanan Nasional Karen atau KNDO dan United Defense Force atau UDF. KNDO merupakan milisi bersenjata yang dibentuk suku Karen di negara bagian Karen, Myanmar.
Kudeta 1 Februari oleh rezim teroris junta militer Myanmar menyebabkan ratusan pemrotes pro-demokrasi terbunuh. Selain Htet, bekas kontestan ratu kecantikan Myanmar lainnya, Han Lay juga menjadi kritikus yang vokal melawan junta militer Myanmar.
Dia mengatakan kepada media: “Begitu banyak orang tewas di Myanmar oleh senjata militer … Tolong selamatkan kami.”
Sementara di halaman Facebooknya, Lay menulis: “Rakyat Myanmar kami berjalan di jalanan untuk memperjuangkan demokrasi. Sebagai perwakilan Myanmar, saya akan berjalan di atas panggung Miss Grand International dengan (pesan untuk) menghentikan perang dan kekerasan.”
Baca Juga: Mayor Pembelot Tatmadaw Kini Melawan Junta Teroris Myanmar
Myanmar memiliki banyak kelompok pro-kemerdekaan dari beberapa etnis. Sejak sebelum kudeta mereka kerap bentrok dengan aparat keamanan Myanmar. Kini mereka dikabarkan bergabung dalam satu barisan membentuk tentara federal melawan rezim kudeta.
Beberapa bulan terakhir banyak kelompok etnis bersenjata meningkatkan serangan terhadap militer dan polisi. Rezim junta membalasnya dengan serangan udara yang membuat puluhan ribu warga sipil mengungsi.
Kudeta militer di Myanmar telah memasuki hari ke-115. Selama itu pula rakyat Myanmar tak berhenti melawan walaupun sekitar 782 orang telah terbunuh. Kerumunan pengunjuk rasa membanjiri jalan-jalan di banyak kota besar bahkan hingga pelosok Myanmar. Mereka menuntut kembalinya demokrasi.
Selain selebritas, banyak polisi dan tentara yang di awal-awal kudeta berada di barisan junta kini balik membangkang, bergabung dengan kelompok pro-demokrasi. Sementara di sisi lain, rezim militer teroris Myanmar belum menunjukkan tanda-tanda bakal menghentikan tindakan brutalnya.