BNOW ~ “Jangan bergerak sedikit pun,” perintahnya sambil memotong alang-alang yang bergemerisik tertiup angin. Di tanggul yang diterangi cahaya bulan, beberapa kilometer dari pantai rawa-rawa Chibaish di selatan Irak, semua orang berdiri diam.
Omar al-Sheikhly menyorotkan senter ke sebidang tanah berlumpur. “Tidak ada,” ujarnya sambil menggeleng. Lima anggota timnya menghembuskan napas serentak.
Al-Sheikhly, pakar lingkungan yang mempelopori ekspedisi tengah malam ke rawa-rawa Chibaish. Hampir dua dekade, dia melakukan ekspedisi aneh itu. Misinya, menemukan tanda-tanda berang-berang Maxwell yang berbulus halus dan pendek. Spesies bernama latin Lutrogale perspicillata itu, salah satu hewan endemik Irak yang terancam punah. Keberadaannya dinilai sangat penting bagi rawa-rawa di Chibaish, bagian dari rawa kuno Mesopotamia.
Sebagian besar ekpedisi Al-Sheikhly sia-sia belaka. Berang-berang Irak yang pintar, selalu selangkah lebih maju. Namun, dia yakin mamalia karnivora itu masih bertahan hidup di sana.
Al-Sheikhly salah seorang konservasionis yang mengeluarkan peringatan keras akan pentingnya perlindungan berang-berang di rawa tersebut. Jika tidak dilakukan, dia yakin ekologi bawah air yang rapuh di situs warisan dunia UNESCO itu, akan terganggu. Selain itu, akan membahayakan komunitas rawa-rawa yang usianya sudah berabad-abad. “Kami akan kehilangan warisan Irak kami,” ujar al-Sheikhly yang juga direktur teknis di Organisasi Iklim Hijau Irak.
Penelitian menunjukkan ada sekitar 200 hingga 900 ekor berang-berang tersisa. Berubahnya ketinggian air rawa secara tak terduga, penangkapan ikan ilegal, dan pengabaian menjadi beberapa faktor yang mendorong hewan itu menuju kepunahan.
Tahun ini, Irak akan menghadapi musim panas yang tidak tertahankan. Ditambah lagi ada proyek bendungan Turki di sungai Tigris dan Efrat yang bakal menambah curah hujan rendah selama setahun.
“Ada krisis nyata,” ujar Menteri Sumber Daya Air Irak Mahdi Rasheed al-Hamdani, bulan ini. Debit air kedua sungai berkurang setengah dibandingkan tahun lalu. Air rawa-rawa Chibaish disuplai dari anak sungai Tigris dan Eufrat.
Baca Juga: Lebih dari 30 Gajah Afrika Mati Secara Misterius di Botswana
…
Associated Press menemani al-Sheikhly dan timnya dalam misi 12 jam selama dua hari awal Mei lalu. Dia dan timnya mengarungi rawa dengan kano kayu panjang yang disebut mashuf. Mereka mengayuh kano melintasi saluran air sempit yang dipenuhi buluh.
Ikan melompat meninggalkan riak di belakang mereka. Kerbau mengunyah rumput dengan lesu. Seekor Burung Raja Udang terjun ke air menangkap mangsa yang lengah.
Al-Sheikhly menamai hewan apa pun yang melintas, seolah-olah kenalannya. “Bebek marmer. Burung squacco,” tunjuknya. Dia telah mempelajari hewan-hewan penghuni rawa 18 tahun lamanya.
Namun, menemukan berang-berang Irak ibarat memenangkan lotre. Berang-berang Irak pertama kali ditemukan pada 1956 oleh penulis dan naturalis Skotlandia, Gavin Maxwell. Setelah itu, banyak yang menamainya berang-berang Maxwell.
Berbeda dari berang-berang lain, berang-berang Maxwell berbulu halus gelap dan ekornya rata. Sejauh ini berang-berang itu hanya difoto dua kali. Saat pertama kali ditemukan dan 60 tahun kemudian oleh al-Sheikhly.
Penduduk setempat memberi tahu al-Sheikhly ada berang-berang terlihat di rawa dekat perbatasan Iran. Di sana, di sisa-sisa jalan militer lama yang dibuat Saddam Hussein selama perang Iran-Irak, al-Sheikhly menunggu selama enam jam. Dia melihat berang-berang hanya beberapa detik.
Akibat penelitian tidak didanai dengan sangat baik dan berang-berang teramat sulit ditemukan, riset tentang spesies tersebut hanya mengandalkan kulit mati mereka sebagai tanda-tanda kehidupan. Pada Januari 2006, kulit segar berang-berang jantan dewasa diperoleh dari nelayan setempat. Ini menjadi salah satu indikasi pertama kalau berang-berang masih berkembang biak.
Dalam misi ini, al-Sheikhly mengamati tanda-tanda yang ditinggalkan berang-berang seperti jejak kaki, kepala ikan yang dibuang, dan cerita penampakan dari warga setempat. Dia pergi ke habitat yang disukai berang-berang, mulai dari danau penuh buluh hingga pantai berlumpur.
Di sebuah rawa-rawa di Provinsi Dhi Qar, timnya kebetulan melihat dua nelayan menurunkan hasil tangkapan hari itu. Al-Sheikhly berhenti dan bertanya kepada mereka kapan terakhir kali melihat berang-berang—pengamatan lokal bagian utama dari survei.
Baca Juga: Jerapah Putih Terakhir di Dunia Dipasangkan Alat Pelacak
“Mungkin setahun yang lalu,” ujar seorang nelayan sambil menumpuk mullet, lele, dan ikan mas ke pikap.
Al-Sheikhly mengerutkan alis. “Jika masyarakat jarang melihat mereka berarti telah terjadi sesuatu,” jelasnya.
Keberadaan berang-berang tak boleh diremehkan. Bagi para pencinta lingkungan, berang-berang dikenal sebagai “indikator biologis”, spesies yang digunakan dalam menilai kesehatan seluruh ekosistem.
Di rawa-rawa Irak, berang-berang berada di puncak rantai makanan. Hewan ini memakan ikan dan terkadang burung. Kehadirannya menjadi penyeimbang ekosistem.
Pada suatu masa populasi berang-berang berlimpah. Penjelajah Inggris Wilfred Thesiger yang sezaman dengan Maxwell, menulis dalam buku perjalanannya Marsh Arabs, satu kali ia melihat dua berang-berang dari jarak seratus meter. “Mereka muncul tegak dari dalam air, mengamati kami selama beberapa detik, sebelum menyelam dan menghilang.”
Saat itu, pengawalnya dari Irak meraih pistol. “Kulit berang-berang bernilai satu dinar,” tulisnya. Kulit berang-berang yang tahan lama memang sangat populer di kalangan penyelundup barang haram.
Kini, perburuan sedang menurun tetapi penangkapan ikan dengan setrum yang banyak dilakukan di selatan Irak, ikut menjadi sebab kematian berang-berang. Para nelayan yang ditanyai al-Sheikhly mengaku memiliki alat penyetrum ikan di perahunya.
Mungkin, kata dia, ini salah satu sebab berang-berang sulit dilacak. “Berang-berang pintar, jika sedang terancam, mereka mengubah perilakunya.”
Kemampuan beradaptasi juga membantu berang-berang bertahan dengan baik sepanjang sejarah Irak yang kacau. Berang-berang dikhawatirkan punah ketika Saddam mengeringkan rawa-rawa pada 1990-an, membangun jalan di dalamnya untuk mencari pemberontak Syiah yang bersembunyi.
Setelah itu, sejak 2003 pemerintah menggalakkan pembangunan industri dan perluasan perkotaan pada wajah baru Irak. Akibatnya, penghuni rawa semakin kehilangan hubungan dengan lahan basah tempat mereka tinggal. Salah satunya, di Irak selatan yang kaya minyak mentah.
Baca Juga: DNA Mammoth Berumur Jutaan Tahun Ditemukan di Siberia
Namun, air menjadi musuh terbesar bagi spesies berang-berang endemik Irak. Tahun lalu, seluruh saluran air di rawa kering walaupun banjir datang mengisi kembali. Tahun ini, sedikitnya curah hujan akan menjadi ancaman lagi.
Warga setempat, Um Muntadhar mengatakan, ketika air mengering, burung-burung penghuni rawa bermigrasi dan ternak-ternaknya mati. Sebagian warga Irak menyalahkan proyek bendungan Turki. Namun, Turki mengatakan permintaan Irak agar Ankara melepaskan sejumlah air per tahun dari bendungan tidak mungkin dilakukan di era perubahan iklim.
…
Di sebuah danau terbuka di puncak rawa Hammar, al-Sheikhly menghentikan perahu dan segera melepas sepatunya. Rambut keritingnya menari tertiup angin di atas air rawa yang setinggi lutut.
Terancam dari semua sisi, para pencinta lingkungan mengatakan akan membutuhkan keajaiban untuk mendorong pelestarian di kawasan tersebut. Namun, al-Sheikhly tetap asyik dengan sesuatu yang tidak terlihat: berang-berang. “Dengar, dengar,” ujarnya.[]
Diperbarui pada ( 13 Maret 2024 )