Lewat Steemit, Niat Menerbitkan Buku Tinggal Selangkah Lagi
Saat menggunjing nama Steemit, aku terbayang sosok Alva Sagala yang atletis, penuh semangat, cerdas, dan seorang pialang saham di jantung Kota New York sana.
Saat menggunjing nama Steemit, aku terbayang sosok Alva Sagala yang atletis, penuh semangat, cerdas, dan seorang pialang saham di jantung Kota New York sana.
Pernahkah Anda menghidu aroma khas ketika titik-titik hujan mulai turun dan menumbuk tanah kering? Ternyata, ada sesuatu yang dilepaskannya. Apa itu? Yang pasti, bukan kenangan tentang mantan.
Video wawancara ini sengaja dituturkan dalam bahasa Aceh walaupun sesekali dicampur bahasa Indonesia. Maklumlah, lidah tak bertulang.
Cerita tentang perjumpaan dengan seekor kodok dari masa lalu. Ah, semoga ia tak membaca tulisan ini.
Dalam keadaan stagnan karena dibekap birokrasi yang berbelit, terbukti aspirasi sulit dibendung. Musik lalu muncul dari jemari gitar para pengamen, menjajakan karya tanpa canggung, dan apresiasinya cukup baik.
Ngaku saja, berapa banyak di antara Breeders yang sesekali waktu membuka-buka Facebook, IG atau mengirim pesan jempol ke akun mantan.
Bermain mengurung (baca: mengekang), membuat City kehilangan daya tarik sebagai klub terbaik. Maaf, jika harus terkantuk-kantuk menontonnya.
Tas-tas ini mampu memuat beragam benda, kecuali mantan. Bahkan, ada yang menaruh pistol dan peluru di dalamnya.
Buku bersampul anti-mainstream, ditulis para pengarang muda Aceh dan diterbitkan Tansopako Press. Ayo, dibeli dan dibaca.
Tumbuhan ini nama Inggrisnya celery. Orang Belanda iseng menyebutnya selderij atau selder. Tiba di Indonesia, berubah jadi seledri, saladri, dan On Sop.
Ada bus tanpa supir, truk untuk memperbaiki jalan, hingga angkutan massal yang tetap mampu menembus kemacetan. Yang mana pilihanmu, Breeders?
Abad 17, para budak di Malaka cekikikan usai mendompleng tarian Moresco dari Spanyol. Kini, mari kita berdamai dan mengenang sebuah entitas musik bernama Payung Teduh.