Ditolak Si Jenius, Dicerai Mati BCA, Lalu Kawin Lari Sama Bank Jago

Padahal, di awal-awal kemunculan si Jenius, saya langsung klepek-klepek jatuh hati.

Kartu debit Visa Bank Jago. Fauzan My/Breedie

~ Nggak ada ampunnya ni Bank Jago

Setelah dua kali ganti keplor (baca: kepala lorong) dan Game of Throne season terakhir tayang, terpaksa saya harus uninstall dan melupakan aplikasi Jenius, bank digital kesayangan daripada PT Bank BTPN Tbk. Alasannya sungguh bikin hati ngilu: saya gagal verifikasi akun secara tatap muka yang disyaratkan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan di kantor cabang BTPN.

Padahal, di awal-awal kemunculan si Jenius, saya langsung klepek-klepek jatuh hati. Di pikiran saya, ini dia platform bank masa depan. Maka, setelah menginstall aplikasi Jenius, besoknya saya langsung mendatangi cabang pembantu alias capem BTPN Takengon untuk verifikasi. Eh, ternyata takdir berkata lain, capem BTPN Takengon tidak bisa memverifikasi Jenius. Karyawan di sana mengatakan, saya harus ke cabang BTPN Banda Aceh. Lalu, saya juga mendengar cerita dari kawan saya yang berhasil verifikasi Jenius di cabang BTPN Banda Aceh.

Karena harus jauh-jauh verifikasi akun ke ibu kota, aplikasi Jenius tidak bisa pakai. Hingga akhirnya aplikasi itu hilang dan tenggelam bersama smartphone Xiaomi Mi A1 yang masuk periuk kuah sup.

Sering berjalannya waktu, demand bank digital terus tumbuh, hingga muncul konsep KYC atau know your customer via online. Verifikasi identitas nasabah bisa dilakukan melalui video call, tanpa perlu repot-repot datang ke kantor. Nasabah juga cukup melampirkan foto kartu identitas, selfie foto diri, dan tetek bengek lainnya yang tidak bikin bengek. Ya, seperti tidak perlu antri lama di bank, kecuali ingin cuci mata melihat para costumer service yang cantik-cantik. Melalui konsep KYC pula, sungguh dunia telah berada di ujung ibu jari. Walaupun kantor bank di ibu kota Jakarta, daftar akun bisa sambil panen kopi.

Karena masih terkenang Jenius, saya pun memasang kembali aplikasi itu, lalu login dengan akun yang sudah pernah saya daftar. Setelah prosesnya upload ulang KTP, tiba saat tahap KYC terakhir, video call dengan costumer service Jenius.

Costumer service yang melayani saya seorang perempuan berhijab. Sekilas, raut wajah si ibu CS terkesan dingin. Saya diminta mencocokan kembali NIK, kartu NPWP serta pengambilan foto sambil menunjukan KTP di bawah dagu. Kayak calon napi.

Di akhir video call, si ibu CS memberitahukan persetujuan diterima atau tidaknya akun Jenius saya akan dikabari via email. Tak lama kemudian, email konfirmasi dari Jenius pun tiba. Isinya: pembukaan rekening bank digital Jenius saya ditolak. WAT DE FAK.

‘Cerai Mati’ dengan BCA

Di situ, saya benar-benar kecewa dengan Jenius. Apa salah saya? Semua prosedur telah saya ikuti. Apa yang diperintahkan saya lakukan. Tega betul.

Padahal, jika si ibu CS dan bosnya di BTPN tau, betapa mereka telah menyia-nyiakan seorang nasabah potensial. Pasalnya, dengan adanya Bank Jenius, saya telah bersiap “cerai mati” dengan Bank konvensional BCA, yang selama ini saya pakai untuk numpang transaksi jual beli bubuk kopi, terima gaji, belanja receh, beli token PLN, dan jajan pulsa di Tokepedia.

Saya dengan BCA sudah memiliki zona nyaman, walaupun tidak punya kartu BCA prioritas sekalipun, menjadi nasabah kasta rendah pun, semua proses transaksi saya selalu cepat dan mendapat prioritas utama. Kok bisa, ya bisalah, wong transaksinya lewat internet banking. Hehehe…

Bisa dikatakan, transaksi keuangan via BCA saya hampir cashless. Bahkan saat saya menetap di Gayo sejak tujuh tahun, yang notabene tidak ada cabang BCA, saya tetap menjadi nasabah kere BCA. Walaupun biaya administrasi BCA dua kali lebih “ganas” ketimbang Bank Aceh, saya masih setia menjadi nasabah BCA yang tinggal paling jauh dari kantor cabang.

Jadi, ketika saya sudah pindah alamat domisili dan tidak pernah print buku rekening lebih dari tujuh tahun, semua mutasi dan transaksi bisa dilihat lewat internet banking. Walaupun tidak ada cabang dan ATM BCA di Gayo, tarik tunai bisa dilakukan lewat gerai Indosat dan Alfamart. Sungguh, BCA membuat hidup jadi lebih mudah dan sederhana.

Baca Juga: Mengulas Pos Giro Mobile, Se-worth-it Apa sih Aplikasi Ini?

Tapi, kenyamanan dan kemudahan BCA itu akhirnya hilang sudah dari nanggroe Aceh mutuah sejak berlakunya peraturan konversi bank konvensional ke syariah. Apapun banknya, perbankan di Aceh wajib syariah.

Saya pribadi tidak masalah dengan perbankan model syariah atau konvensional. Toh, uang yang singgah dalam rekening cuma seupil. Malahan, potongan biaya admin lebih banyak dari jatah bunga bank.

Makanya, Bree, kalau pendapatanmu hanya mengandalkan UMR Banda Aceh, lebih baik percayakan saja urusan finansial kita sama Bank Aceh ketimbang BCA. Kecuali dirimu adalah salah seorang toke counter HP di Simpang Lima. Namun, melihat kenyamanan dan kemudahan sistem transaksi yang ditawarkan BCA, biaya admin sebanyak Rp 17 ribu per bulan kayaknya sepadan dengan servis yang mereka sediakan.

Tapi pada akhirnya, tetap ada gajah yang mati di tangan pemburu. Setelah lebih dari satu dekade menjadi nasabah kere BCA, loyalitas saya akhirnya diuji.

Saya dihubungi CS BCA beberapa hari lalu untuk konfirmasi soal nasib nomor rekening yang sudah saya hafal di luar kepala. Saya dihadapkan pada dua pilihan, ikut merger ke BCA Syariah atau tetap setia dengan BCA konvensional. Jika memilih setia dengan norek cantik BCA konvensional, saya tak perlu ke kantor cabang, tapi administrasi perbankan BCA saya auto di-move ke BCA cabang Medah. Wat De Fak.

Nah, kalau tidak mau pindah ke cabang Medan, saya mau tak mau harus move on ke BCA Syariah. Itu artinya saya harus registrasi ulang nomor rekening BCA Syariah. Wat De Fak. Padahal saya sudah terlanjur cinta dengan norek BCA saya. Dan norek itu nyambung dengan akun PayPal saya.

Di sini saya berhadapan dengan dilema. Kalau tetap setia dengan BCA konvensional, saya masih bisa melanjutkan transaksi dengan ATM dan internet banking seperti biasa. Toh, lebih dari tujuh tahun saya tidak pernah mampir ke salah satu cabang BCA, kartu ATM dan key BCA—kunci untuk transaksi internet banking—aman-aman saja.

Namun, bila nasib berkata lain, kartu ATM atau key BCA saya rusak, mau tak mau saya harus ngurus lagi dan itu harus terbang ke BCA cabang Medan. Wat De Fak lagi… Malah lebih mahal di ongkos, bos.

Ya sudah, good bye BCA. Salah satu nasabah keremu yang paling setia memilih bercerai mati saja. Satu gajah pun akhirnya mati ditembak pemburu.

Kawin Lari Sama Bang Jago

Setelah berkabung tujuh hari tujuh malam atas kematian norek saya, berkeluh kesah tentang kebaikan dan kenyamanan Bank BCA, serta berapa jahatnya si Jenius yang menolak telak lamaran saya, handai tolan terdekat, adik saya Zulham, memberi solusi untuk mendekati Bank Jago.

Dia menjelaskan banyak kelebihan Bank Jago. Misalnya, fitur plan ahead yang bisa dipakai membayar tagihan secara otomatis. Selain itu, untuk saat ini, jika mau top up dari e-wallet lain seperti Dana atau Ovo, masih bebas biaya.

Tapiii, yang membuat saya begitu kepincut Bank Jago karena mereka menyediakan kartu debit virtual Visa yang setali tiga kartu dengan Jenius BTPN, yang (huh!) menolak hidup-hidup cinta saya.

Di aplikasi Bank Jago, kita bisa buat tiga kartu digital dan tiga kartu fisik. Dan, dengan kartu ini saya berencana berlangganan Netflix, hehehe.

Saya pun melakukannya. Di Play Store saya unduh aplikasi Bank Jago. Setelah itu memulai proses registrasi rekening dengan membuat akun jago. Hanya mengisi nomor HP dan email, menyetujui kebijakan privasi dan goo ke step berikutnya. Oya, kalau Bree sedang banyak waktu lowong, ada baiknya dibaca-baca saja kebijakan privasi itu. Jangan dianggap sepele. Siapa tau berguna di masa depan.

Aplikasi Bank Jago
Aplikasi Bank Jago

Selanjutnya verifikasi nomor telepun. Bank Jago akan mengirim kode verifikasi melalui SMS. Masukkan kode OTP itu lalu cuss otomatis mendarat ke langkah berikutnya: bikin password. Masukkan password yang mengandung cabe, bawang, dan tomat kombinasi huruf kecil, huruf kapital, angka, dan karakter. Jangan pakai 123456 atau 000000 karena sudah pasti ditolak.

Lanjuttt…ke verifikasi KTP. Usahakan KTP yang ada e-nya alias e-KTP, bukan KTP kuning atau KTP Merah Putih, ya, karena sudah pasti Bank Jago tak akan mampu mengenalinya.

Soal e-KTP ini, Bank Jago bilang, “Tenang saja, keamanan data kamu terjamin karena dilakukan di dalam aplikasi Jago”. E-KTP nantinya akan difoto sebagai syarat verifikasi data diri dan syarat membuka rekening sesuai ketentuan OJK.

Di aplikasi akan keluar perintah ‘Siapkan e-KTP kamu’ dan di bawahnya ada perintah lanjutan, ‘Ambil Foto e-KTP’. Foto e-KTP pada bagian yang disediakan, arahkan smartphone dengan benar. Jika sudah pas terfoto, akan muncul preview untuk melihat kecocokan data NIK, tanggal lahir, dan nama. Tulis namamu sesuai e-KTP, ya, jangan pakai nama samaran karena rekening akan ditolak.

Setelah itu, verifikasi data tambahan yaitu tujuan pembuatan akun Jago, pendapatan bulanan, industri perusahaan, dan alamat kantor. Ada juga pilihan soal Nomor Pokok Wajib Pajak atau NPWP. Jika Bree punya, silakan foto. Jika tidak, ada pilihan ‘tidak membawa’ atau ‘tidak memiliki NPWP’. Pilih suka hatimu.

Selanjutnya Bank Jago akan meminta menyetujui syarat dan ketentuan penggunaan aplikasi. Sekali lagi, kalau Bree lagi nganggur, baca aja syarat-syarat itu. Biar tambah-tambah pengetahuan, ya kan. Kalau udah, centang kedua pernyataan di bawahnya.

Sebenarnya, setelah registrasi di aplikasi, akun bank Jago sudah ada di tangan. Tapi itu dia, perlu aktivasi via video call terlebih dahulu agar bisa melakukan transaksi. Video call akan direkam oleh pihak Bank Jago dan diklaim hanya berlangsung selama 30 detik. Syarat verifikasi video call tak boleh pakai masker dan topi. Selain itu, koneksi internet juga harus stabil.

Kringg… Kring…

“Hallo, bersama Bank Jago, dengan bapak siapa?”

“Baik Pak, untuk proses verifikasi akun Bank Jago… bla.. bla..bla..”

Two hour later…

Notifikasi email dan App Bank jago muncul.

“Yay!! Kamu berhasil membuat akun Jago. Ayo mulai hidup seutuhnya dengan keluarga dan kerabat. Sekarang, Esok, Bersama-sama dengan Jago!”

Seminggu kemudian, kartu fisik ATM Bank Jago sukses mendarat ke kebun kopi Rembele. Cepat banget prosesnya, dan saya pun berteriak, “Ampun Bank Jago….!!!”

Diperbarui pada ( 9 Maret 2024 )

Facebook Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *